Beirut (Antara/AFP/KUNA) - Para pelaku jihad yang berperang di Suriah dan Irak, Ahad, mengumumkan pembentukan satu "khilafah", yang mengacu pada sistem peraturan yang berakhir hampir 100 tahun yang lalu dengan jatuhnya Dinasti Utsmani. Dalam satu rekaman audio yang didistribusikan secara online, Negara Islam Irak dan Mediterania (ISIL) menyatakan, pemimpinya Abu Bakr al-Baghdadi adalah "khalifah" dan "pemimpin bagi umat Islam di manapun". Sebelumnya, Irak telah meminta Perserikatan Bangsa Bangsa untuk membantu dalam menghadapi garis keras ISIL, untuk melindungi wilayah dan rakyatnya terhadap skema kelompok gerilyawan itu. Menteri Luar Negeri Irak, Hoshyar Zebari, dalam pesan yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengatakan, "Kami mendesak PBB dan masyarakat internasional untuk mengakui realitas ancaman yang luar biasa dan berbahaya yang dihadapi negara kami dan seluruh komunitas internasional." "Organisasi teroris telah menggores perbatasan dan menimbulkan kekerasan serta perang saudara," kata Zebari mengenai ISIL, pasukan yang telah bergerak melintasi perbatasan dengan negara tetangga Suriah. "Atas dasar ini, kami membutuhkan bantuan Anda untuk mengalahkan (ISIL) dan melindungi wilayah kami serta rakyat kami," kata Zebari. Menteri luar negeri meminta bantuan untuk pelatihan militer, bantuan teknologi dan senjata yang dapat digunakan untuk "melenyapkan basis teroris dan memberikan tempat berlindung yang aman (bagi rakyatnya)." Irak, katanya, sedang mencari bantuan darurat dari masyarakat internasional, menurut perjanjian bilateral dan multi-lateral, dalam rangka penghormatan penuh terhadap kedaulatan nasional dan konstitusi Irak. Gerilyawan ISIL, katanya, telah meneror warga, melakukan eksekusi massal, menekan minoritas, menghancurkan masjid-masjid, makam-makam dan gereja, dan memperingatkan bahwa ribuan "teroris dari beragam bangsa telah menyusup ke Irak dari Suriah." (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014