Kediri (Antara Jatim) - Kota Kediri mengalami inflasi pada Mei 2014 sampai 0,02 persen berbanding terbalik dengan kondisi April 2014 yang justru mengalami deflasi sebesar 0,23 persen. "Memang ada beberapa kelompok dan komoditi yang mengalami sedikit kenaikan. Seperti di tahun lalu, jika persiapan menjelang puasa, tren kenaikan harga ada," kata Kepala Seksi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kediri Lulus Haryono di Kediri, Selasa. Pihaknya mengungkapkan, inflasi di Kota Kediri terjadi karena adanya kenaikan harga yang signifikan pada beberapa kelompok pengeluaran, hal ini ditunjukkan oleh kenaikan indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan jadi, minuman dan tembakau 0,67 persen, pperumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,09, sandang 1,23, kesehatan 1,78, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,05 persen, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,17 persen. Sementara, kelompok bahan bakanan adalah satu-satunya kelompok yang justru mengalami deflasi sampai sebesar 1,50 persen. Sejumlah komoditas yang menyebabkan tekanan terjadinya inflasi di Kota Kediri pada Mei 2014 antara lain cabai rawit, beras, kacang panjang, cabai merah, nangka muda, bawang merah, kol putih/kubis, wortel, pindang asin, serta bandeng. Namun, untuk komoditas yang memberikan sumbangan terbesar pada inflasi di Kota Kediri pada Mei 2014 adalah telur ayam ras, tomat sayur, rokok kretek filter, minyak goreng, sampai daging ayam ras. "Harga daging dan telur naik. Walaupun bertahap, tapi nanti menjelang puas harapannya tidak drastis," katanya. Walaupun inflasi masih rendah, pihaknya berharap hal ini sebagai evaluasi bagi pemerintah daerah agar juga terus malakukan pemantauan terutama pada kebutuhan masyarakat. Pemerintah daearah bisa mengambil kebijakan, jika kebutuhan harga bahan pokok sudah sangat tinggi dan tidak terjangkau lagi oleh masyarakat, terutama kalangan ekonomi lemah. Di Jawa Timur, dari delapan kota yang dihitung sebagai penimbang IHK – Inflasi Nasional, pada Mei 2014 ini semua kota mengalami inflasi atau kenaikan harga. Inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di Jember sebesar 0,43 persen, diikuti oleh Malang sebesar 0,37 persen. Sementara itu, Kota Surabaya mengalami inflasi sebesar 0,17 persen, Madiun 0,17 persen, Probolinggo 0,12 persen, Sumenep 0.08 persen, Banyuwangi 0,05 persen dan Kota Kediri yang paling rendah sebesar 0,02 persen. Inflasi tertinggi periode "year on year" pada Mei 2014 terjadi di Malang yaitu sebesar 7,63 persen, berikutnya adalah Probolinggo sebesar 7,53 persen sedangkan Kota Kediri sebesar 6,92 persen. Sedangkan inflasi terendah periode "year on year" pada Mei 2014 terjadi di Sumenep yaitu sebesar 6,31 persen. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014