Surabaya (Antara Jatim) - Inflasi Jawa Timur selama Mei mencapai 0,21 persen atau lebih tinggi dari nasional sebesar 0,16 persen karena enam dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga pada bulan tersebut. "Walau inflasi Jawa Timur pada Mei 2014 lebih tinggi dari nasional, kami melihat kinerja ekonomi tetap berjalan baik," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, M Sairi Hasbullah, saat jumpa pers perkembangan ekonomi Jatim di Surabaya, Senin. Enam kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga, jelas Sairi, antara lain kenaikan indeks pada kelompok kesehatan 0,86 persen, kelompok sandang 0,51 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,42 persen. "Posisi berikutnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,31 persen, kelompok perumahan 0,26 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,04 persen. Lalu kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga/deflasi adalah kelompok bahan makanan 0,39 persen," ujarnya. Mengenai komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi, menurut dia, di antaranya kenaikan daging ayam ras, telur ayam ras, angkutan udara, tarip kereta api, upah pembantu rumahtangga, tomat sayur, seragam anak sekolah, minyak goreng, pelembab, dan cat tembok. "Sementara, komoditas penyumbang terbesar terjadinya deflasi adalah turunnya harga cabai rawit, beras, cabai merah, ikan mujair, buah pepaya, telepon seluler, wortel, daun bawang, daging sapi, dan kentang," katanya. Berdasarkan data inflasi selama tahun 2003 sampai dengan 2014, sebut dia, pada bulan Mei terjadi inflasi sembilan kali, dan tiga kali deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1,19 persen, dan inflasi terendah terjadi pada 2009 sebesar 0,02 persen. "Namun, deflasi tertinggi terjadi pada 2003 sebesar 0,27 persen dan deflasi terendah terjadi 2005 sebesar 0,09 persen," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014