Pamekasan (Antara Jatim) - Himpupunan Mahasiswa Islam (HMI) Bangkalan, Jawa Timur, mengecam praktik kampanye hitam karena menurut organisasi itu tidak memberikan pendidikan politik pada masyarakat.
"Semua pihak harus turun tangan menyikapi kasus ini dan apabila masih dibiarkan terjadi, maka tidak baik dalam proses demokratisasi di negeri ini terus berlanjut dan dampaknya jelas tidak baik, karena kampanye hitam merupakan bentuk kampanye yang tidak mendidik," kata Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) HMI Cabang Bangkalan Hairus Zaman, Rabu.
Hairus Zaman mengemukakan hal ini menanggapi adanya peredaran tabloid "Obor Rakyat" yang sengaja diedarkan di Kabupaten Pamekasan oleh oknum warga yang tidak bertanggung jawab dan isinya menjelek-jelekkan calon presiden tertentu.
Dalam tabloid itu, informasi tentang calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Jokowi) yang menyebutkan bahwa yang bersangkutan membawa missi agama tertentu karena didukung oleh pengusaha non-muslim.
Menurut Hairus Zaman, saat ini bukaan saatnya lagi berkampanye dengan cara-cara yang tidak fair. Selain dari sisi ketentuan memang melanggar, karena menjelek-jelekkan, juga pola kampanye seperti itu tidak mendidik.
"Seharusnya yang dikedepankan adalah kampanye program kerja, bukan saling menyerang dan menjelek-jelekkan," kata Hairus Zaman.
Ia menjelaskan kecaman atas praktik kampanye hitam yang terjadi di Madura itu bukan dalam rangka mendukung calon presiden tertentu, tetapi yang dipersoalkan HMI adalah bentuk kampanye yang tidak mendidik itu dan cenderung membodohi rakyat kecil.
Pemilu Presiden 9 Juli 2014 ini diikuti oleh dua pasangan Capres dan Cawapres, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014