Bojonegoro (Antara Jatim) - Sejumlah perajin mebel di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan produkl daerah setempat siap bersaing baik dari segi harga maupun kualitas dengan mebel impor dari Tiongkok, yang masuk pasaran Indonesia. Pemilik UD Sadam "Art" di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro Moch. Guntur (40), Sabtu, mengatakan, produksi mebel Tiongkok tidak akan menganggu produksi mebel lokal, sebab dari segi kualitas masih dibawah produk mebel lokal. "Kami siap bersaing. Yang jelas produksi mebel China (Tiongkok) tidak mungkin bisa mengalahkan produksi mebel saya," katanya, menegaskan. Meskipun, katanya, harga mebel produk Tiongkok lebih murah dibandingkan dengan harga mebel lokal yang sejenis serta bentuknya lebih bagus. Mebel Tiongkok, lanjutnya, hanya untuk kalangan bawah, sehingga kalangan menengah tidak akan berminat membeli mebel produk Tiongkok. Padahal, menurut dia, produk mebelnya dengan bahan kayu jati pilihan untuk konsumen menengah keatas, bahkan juga melayani konsumen luar negeri, seperti Kanada, Korea Selatan, juga negara lainnya. Ia memberikan gambaran mebel produk Tiongkok bahannya bukan dari kayu jati, tetapi dari serbuk kayu yang dipadatkan, sehingga dari segi kualitas masih kalah dibandingkan mebel produk lokal. "Hanya memang bentuk mebel China. (Tiongkok) lebih bagus termasuk harganya lebih murah sekitar 75 persennya dibandingkan dengan mebel lokal yang sejenis," kata dia, yang pernah melihat produk mebel China dalam pameran mebel di Surabaya, beberapa waktu lalu. Dimintai konfirmasi terpisah, dua perajin mebel lainnya di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Zainuddin (47) dan Ali Murtafik (42), juga menyatakan siap bersaing dengan produk mebel China. Zainuddin dan Ali Mustafik mengaku belum pernah melihat mebel produk China, tetapi keduanya akan menyesuaikan baik dari segi kualitas maupun harga untuk bisa bertahan di pasaran kalau produk mebel China masuk daerahnya. "Kami akan menyesuaikan dengan cara memanfaatkan dengan bahan yang sama atau dengan bahan yang sejenis, sehingga harganya bisalebih murah dibandingkan mebel China," ucap Zainuddin, dibenarkan Ali Murtafik. Ia menyebutkan perajin mebel di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, yang menjadi sentra mebel di daerahnya tidak hanya memanfaatkan bahan kayu jati, tetapi juga kayu mahoni, gembilina, kayu putih, juga bahan kayu lainnya, untuk menyesuaikan harga. Data di Koperasi Kriya Makmur (Koyama) Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, tercatat ada 86 perajin mebel, dengan jumlah tenaga kerja berkisar lima orang hingga mencampai puluhan orang per perajin. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014