Tulungagung (Antara Jatim) - RSUD dr Iskak, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menyiapkan sejumlah ruang isolasi khusus untuk mengantisipasi munculnya pasien penderita "Middle East Respiratory Syndrome" (MERS) di daerah tersebut. Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD dr Iskak, Tulungagung dr Katsil Rohmad, Jumat, mengemukakan saat ini ruang isolasi yang telah dipersiapkan berjumlah tujuh unit. "Setiap instalasi rawat inap (IRNA) kami siapkan satu ruang isolasi khusus," kata dr Katsil. Dijelaskan, penyediaan ruang isolasi khusus di setiap IRNA pada dasarnya tidak dipersiapkan secara khusus bagi pasien flu arab, tetapi memang disediakan untuk mengantisipasi adanya pasien penderita penyakit menular berbahaya, seperti pasien flu burung (H5N1), flu babi, maupun flu arab (MERS) yang kini tengah hangat merebak. "Karena sekarang lagi waspada flu arab, RSUD dr Iskak tentu juga harus melakukan kesiagaan," ujarnya. Tidak hanya menyiapkan tujuh ruang isolalasi di setiap IRNA, RSUD dr Iskak juga menyiagakan dokter spesialis paru dan sejumlah perawat terlatih untuk melakukan penanganan setiap pasien yang diduga terpapar virus flu arab/ MERS. Tim medis penanggulangan virus flu arab ini selanjutnya akan melakukan serangkaian pemindaian dan pemeriksaan awal terhadap pasien diduga terpapar virus MERS, sebelum melakukan langkah-langkah pengobatan serta terapi medis lebih lanjut. "Sejauh ini kami belum menerima satupun pasien yang diduga terpapar virus MERS, tapi RSUD tetap siaga," tegas dr Katsil. Sementara terkait kesiagaan penularan maupun penyebaran virus flu arab atau MERS dari Timur-Tengah ini, pihak Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tulungagung mengaku kesulitan melakukan kontrol kesehatan terhadap setiap peserta umroh asal daerah tersebut, baik saat keberangkatan maupun sepulang mereka dari tanah suci. Kasi Penyelenggaran Haji dan Umroh Kantor Kemenag Tulungagung, Suryani mengatakan, jemaah umroh tidak pernah teridentifikasi ataupun terdokumentasi secara pasti di lembaganya. "Ibadah umrah itu diurusi langsung oleh biro jasa perjalanan umrah swasta, sehingga keberangkatan maupun kepulangan mereka tidak terdokumentasi di sini (Kemenag)," terang Suryani. Akibatnya, lanjut dia, pihak Kemenag Tulungagung sulit melakukan kontrol atas catatan kesehatan setiap peserta umroh. Kondisi itu berbeda dengan perjalanan ibadah haji yang dikoordinir langsung oleh pemerintah melalui Kantor Kementrian Agama, dimana setiap jemaah teridentifikasi dan persyaratan kesehatan menjadi salah satu kelengkapan administrasi. "Kami juga tidak bisa mengeluarkan larangan bagi muslim yang ingin menunaikan ibadah umroh. Kami hanya bisa mengingatkan kepada para jemaah, melalui biro perjalanan umroh masing-masing agar waspada dan selalu menjaga kesehatan selama berada di tanah suci," kata Suryani.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014