Surabaya (Antara Jatim) - PT PAL Indonesia (Persero) memulai produksi kapal perang pesanan Kementerian Perhananan (Kemenhan) yakni Kapal Perusak Kawal Rudal/PKR Fregate melalui proyek jangka panjang Badan Sarana Pertahanan (Barahanan). "Untuk merealisasi proses produksi kapal perang itu, pada hari ini kami melaksanakan peletakan lunas Kapal PKR Fregate," kata Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah Arifin, saat menghadiri "Keel Laying" Kapal PKR, di Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia (Persero), di Surabaya, Rabu. Ia mengungkapkan, Kapal PKR Fregate tersebut memiliki diproduksi secara lengkap karena tersedia peralatan peperangan bawah air. Contoh, dengan senjata utama penghancur kapal selam berupa torpedo. Ada pula satu unit helikopter sehingga dapat membantu proses peperangan bawah air. "Kapal itu juga mampu melakukan peperangan udara dengan senjata rudal anti udara," ujarnya. Di samping itu, jelas dia, dimulainya produksi Kapal PKR Fregate sekaligus bukti komitmen perusahaan yang tanggal 15 April lalu memeringati HUT ke-34. Bahkan, guna mewujudkan kontrak antara Kementerian Pertahanan dengan DSNS. "Proyek pembuatan kapal ini juga memberikan manfaat bagi kami yang berkontribusi melalui Program 'Transfer of Technology' (ToT) oleh DSNS, Belanda," katanya. Pada kesempatan sama, KASAL Laksamana TNI, Marsetio, menyatakan, kapal tersebut mampu melakukan peperangan elektronik sehingga perangkat yang terpasang memang sangat lengkap. "Kami yakin dengan kelengkapan itu, Kapal PKR Fregate diharapkan menjadi tumpuan utama TNI AL dalam mengamankan wilayah laut Indonesia," katanya. Pembangunan kapal tersebut, tambah dia, merupakan kerja sama antara PT PAL dan perusahaan galangan kapal asal Belanda bernama DSNS. Kerja sama itu dilakukan dengan sistem teknologi tinggi sehingga PT PAL diharapkan bisa membangun sendiri PKR secara mandiri. "Untuk membangun PKR, dibagi dalam enam modul atau bagian. Empat modul dibangun di PT PAL sedangkan dua modul yang terdiri dari permesinan dan anjungan dibangun di Belanda," katanya. Apabila prosesnya selesai, lanjut dia, dua modul dari Balanda dibawa dan dirakit ke PT PAL serta dijadikan satu dengan enam modul yang dikerjakan di galangan kapal tersebut. Pihaknya menjami meskipun sebagian besar modul dibangun di Indonesia, kualitas tetap sama dengan produksi Belanda karena pembangunan kapal ini mendapatkan pengawasan khusus dari Belanda. "Kapal dengan panjang 105 meter itu adalah kapal pertama yang dibangun dari 2 kapal pesanan TNI AL. Kami prediksi proses produksinya membutuhkan waktu selama 48 bulan atau selesai pada akhir Desember 2016," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014