Jenewa (Antara/Reuters) - Pasukan milisi Kristen memblokade jalan utama, yang digunakan warga Muslim, yang berusaha meninggalkan Republik Afrika Tengah (CAR) menuju Kamerun, dan menyerang pengungsi, kata PBB pada Jumat mengutip pernyataan korban. Sejumlah pengungsi luka parah akibat ditusuk pisau dan kena tembak senjata api serta banyak yang kekurangan gizi setelah berjalan beberapa bulan, harus memutar haluan dan memasuki Kamerun melalui tempat pelintasan terpencil, kata Komisaris Tinggi PBB urusan Pengungsi (UNHCR). Mereka yang baru tiba mengemukakan kepada rekan-rekan kami milisi telah memblokir jalan-jalan utama ke Kamerun, memaksa mereka melalui semak-semak selama dua sampai tiga bulan sebelum tiba di perbatasan. Para pengungsi juga mengatakan kelompok milisi yang dikenal dengan nama anti-balaka menyerang mereka selama pelarian itu," kata juru bicara UNHCR Melissa Fleming. UNHCR menayangkan satu gambar video yang menunjukkan para pengungsi menyeberangi satu sungai ke Gbiti, dekat Kentzou di Kamerun, sepekan lalu, beberapa di antara mereka dengan muka luka parah dan kaki bengkak. "Mereka telah berjalan kaki selama tiga bulan, banyak dari Bangui, dan mereka bersembunyi pada petang hari, mereka memakan sebagian besar daun-daun dan sangat kekurangan air minum. Situasi sangat menyedihkan," kata pejabat medis UNHCR Paul Spiegel, yang merekam percakapan itu melalui video kepada wartawan. Kendatipun hambatan-hambatan itu, sekitar 10.000 orang --sebagian besar wanita anak-anak dan orang-orang tua-- kini menyeberang setiap minggu dari Repbulik Afrika Tengah itu ke Kamerun timur, kata UNHCR. Sejak awal tahun ini hampir 70.000 pengungsi tiba di Kamerun. Sekitar 1,6 juta orang membutuhkan bantuan pangan di negara itu, kata Program Pangan Dunia (WFP) PBB pada Jumat, tetapi pihaknya hanya mampu memberikan bantuan kepada 170.000 orang Maret karena gangguan keamanan. Aksi kekerasan antara dua kelompok Islam dan Kristen di CAR telah mengancam pada genosida. Kelompok gerilyawan Muslim Seleka merebut kekuasaan setahun lalu melakukan penyiksaan terhadap penduduk mayoritas Kristen yang memicu glombang serangan balasan, yang menewaskan ribuan orang dan ratusan ribu warga sipil mengungsi. Saling bunuh terus berlangsung kendatipuan kehadiran 2.000 tentara Prancis dan 6.000 serdadu Uni Afrika. Juru bicara Angkatan Bersenjata Prancis mengemukakan wartawan Jumat situasi di barat negara itu, di mana pasukan Prancis melindungi jalan-jalan menuju Kamerun, "stabil tetapi rawan". "Kami memerlukan bantuan penduduk Afrika Tengah karena mereka berada diambang kekacauan dan terjerumus ke neraka," kata Liz Ahua, wakil direktur biro Afrika UNHCR dan koordinator pengungsi bagi krisis yang juga mengunjungi Kamaerun, Chad dan CAR. Dewan Keamanan PBB Kamis menyetujui pembentukan pasukan perdamaian PBB beranggotakan 12.000 tentara untuk digelar di CAR dalam usaha mengakhiri aksi kekerasan itu. Pasukan itu, yang dikenal denga nama MINUSCA akan memiliki sekitar 10.000 tentara dan 1.800 polisi dan 20 polisi militer. Pasukan itu akan mulai bertugas pada 15 September. "Kami menginginkan missi itu, MINUSCA dikirim secepat mungkin. Tetapi ada tugas yang akan dilakukakan oleh seluruh pasukan di sini," kata Ahua. "Dan harapan kami, harapan kami,adalah mereka akan dapat mengatasi keadaan itu," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014