Museum? orang akan berpikir suatu tempat yang suram dengan benda-benda kuno tak terpakai dan tak terawat dengan baik. Namun, gambaran itu seketika lenyap dari pikiran kita tatkala memasuki Museum Malang Tempo Doeloe yang bersih, sederhana dan bernuansa modern.
Hanya dengan tiket seharga Rp15 ribu per orang, pengunjung sudah bisa menikmati berbagai lembar sejarah di setiap sudut museum yang ditata dengan apik oleh pemiliknya, seorang budayawan dan pecinta benda-benda antik Dwi Cahyono.
Museum yang berlokasi di Jalan Gajah Mada Kota Malang dan resmi dibuka untuk umum pada 22 Oktober 2012, itu menyuguhkan berbagai lembaran demi lembaran sejarah terbentuknya wilayah Malang mulai zaman batu hingga modern seperti sekarang ini.
Museum yang lokasinya berdekatan dengan pusat pemerintahan Balai Kota dan Gedung DPRD Kota Malang itu memiliki 20 lokal waktu yang berbeda, sesuai urutan waktu sejarah Kota Malang. Mulai zaman purbakala, penemuan pertama pondasi kota pada 1716 oleh Pemerintah Hindia Belanda, zaman revolusi 1945-1949, hingga sekarang.
Walaupun museum itu mengangkat tema sejarah yang dilengkapi dengan berbagai peralatan kuno tersebut, Museum Malang Tempo Doeloe dikemas dengan cita rasa modern dan menyenangkan bagi pengunjung, apalagi pengunjung juga bisa bebas mengambil gambar (foto) maupun berfoto dengan benda-benda kuno yang ada di dalam museum.
Selain bisa mengelilingi lorong waktu sejarah wilayah Malang, khususnya Kota Malang, pengunjung juga disuguhi pemutaran dokudrama tentang sejarah Malang yang diputar di ruang kaleidoskop.
Mengawali perjalanan sejarah Kota Malang yang dipertontonkan pada pengunjung, Museum Malang Tempo Doeloe itu mengajak pengunjung kembali ke masa 1,5 juta tahun silam dengan melihat aneka koleksi benda purbakala pada zaman batu serta diorama cara menggali benda-benda tersebut.
Usai menikmati benda-benda purbakala sekaligus penjelasannya, baik yang tertulis maupun lisan dari pemandu, pengunjung akan melalui wahana-wahana yang menunjukkan kerajaan-kerajaan yang pernah menduduki Kota Malang, yakni Kerajaan Kanjuruhan, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari yang direpresntasikan dengan patung-patung lilin.
Tidak hanya itu, berbagai koleksi kebutuhan untuk memasak, kentongan untuk pengamanan, alat menumbuk padi, penggilingan jagung pada masa lampau juga terdisplai rapi di ruang-ruang berbeda, bahkan benteng bawah tanah Kota Malang pun juga ada di museum itu.
Setelah menyusuri benteng Kota Malang dan berbagai perkakas dapur kuno, pengunjung diajak menyusuri zaman pendudukan Jepang yang direpresentasikan dengan berkibarnya bendera Jepang, di mana-mana serta tentara Jepang yang sedang menjaga tahanan warga Indonesia.
Selanjutnya pada masa Kemerdekaan RI, di mana penggambaran suasananya ketika rapat pleno KNIP di Gedung Corcoda tanggal 25 Februari hingga 5 Maret 1947. Di ruangan itu patung Presiden pertama RI Ir Soekarno digambarkan sedang berpidato.
Sebelum menyelesaikan wahana terakhir berupa gelaran Malang Tempo Doeloe, pengunjung akan disuguhi foto-foto pemimpin yang memerintah wilayah Malang, mulai dari Bupati Malang pertama R Ario A Notodiningrat (1820-1839) hingga Wali Kota Malang periode 2009-2014 Peni Suparto.
Selain memiliki berbagai koleksi benda-benda kuno, Museum Malang Tempo Doeloe juga memiliki koleksi berupa prasasti dan buku-buku kuno, alat untuk membuat keris.
Meski berada di tengah kota dan tergolong baru, Museum Malang Tempo Doeloe rata-rata dikunjungi sekitar 20-50 orang, baik pada hari-hari biasa maupun libur, kecuali ada rombongan dari sekolah, bisa sampai 200 orang.
Lokasi museum tersebut cukup mudah untuk dijangkau dari arah mana pun karena berada di tengah kota dan berdekatan dengan pusat pemerintahan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014