Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah pengusaha kerajinan rotan di Jawa Timur berupaya meningkatkan produksi hingga delapan persen pada tahun ini seiring mulai terbukanya akses bahan baku rotan bagi pelaku usaha kerajinan tersebut pada masa kini.
"Kami optimistis bisa mencapai target kenaikan produksi tersebut. Apalagi, kami telah membentuk lembaga yang menjembatani petani dengan industri pengrajin rotan," kata Ketua Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Jatim, Nur Cahyudi, di Surabaya, Senin.
Meski demikian, ungkap dia, larangan ekspor mentah yang sudah diberlakukan sejak tahun 2012 justru masih menghambat akses perolehan bahan baku. Bahkan, larangan ekspor rotan mentah tidak serta merta membuka akses bahan baku bagi industri kerajinan rotan di Tanah Air.
"Padahal idealnya ketersediaan bahan baku cukup, ternyata tidak. Penyebabnya banyak pemilik modal yang menjadi pengepul rotan tidak rela sebab kebijakan tersebut dianggap telah merugikan mereka," katanya.
Akibatnya, jelas dia, mereka menutup akses dengan menimbun rotan. Kondisi tersebut sangat merugikan petani rotan sehingga tidak bisa menjual produknya. Di sisi lain, mereka juga tidak bisa mendapatkan bahan baku.
"Kami menganggap upaya menutupan akses bahan baku tersebut dilakukan oleh pengepul karena harga rotan di luar negeri jauh lebih mahal dibandingkan di dalam negeri," katanya.
Ia menambahkan, harga rotan di luar negeri mencapai sekitar 2 dolar AS per kilogram atau sekitar Rp22.500/kg. Sementara harga rotan di dalam negeri Rp9.000 hingga Rp15.000/kilogram. Padahal harga rotan di tingkat petani hanya pada kisaran Rp2.000 hingga Rp4.000/kg.
"Bayangkan, berapa besar keuntungan yang mereka raup ketika menjualnya di luar negeri. Kondisi itu yang mengakibatkan mereka mati-matian menggagalkan program ini dan membuka kembali keran ekspor rotan mentah dengan dalih serapan industri kerajinan rotan nasional minim," katanya.
Untuk mengantisipasi itu, lanjut dia, mulai tahun ini AMKRI Jatim bekerja sama dengan Uni Eropa untuk meningkatkan akses sumber bahan baku rotan dengan membentuk Aliansi Bangkit Rotan Indonesia (ABRI). Lembaga ini bertindak untuk menjembatani petani dengan industri kerajinan rotan guna memangkas jalur distribusi komoditas tersebut.
"Dengan program ini, petani dan industri kerajinan rotan akan terbantu dan diuntungkan katena pelaku industri bisa dengan mudah mendapatkan bahan baku rotan. Misal, dengan harga yang lebih rendah sekitar Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogram dari biasanya, sementara petani rotan juga mendapatkan harga yang lebih baik, yaitu kisaran Rp8.000 hingga Rp9.000/kg," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014