Bojonegoro (Antara Jatim) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu berpendapat pengembangan budaya dan tradisi di Tanah Air ke depan harus mampu memberikan nilai ekonomis, tanpa harus terpengaruh dengan budaya luar. "Upaya melestarikan, memanfaatkan dan melindungi budaya di Tanah Air ke depan yang terpenting harus mampu memberikan nilai ekonomis tanpa terpengaruh dengan budaya luar, sebab kekuatan budaya kita adalah kearifan lokal," katanya, dalam dialog budaya di Bojonegoro, Jatim. Jumat. Ia menjelaskan banyak negara melakukan pengembangan budaya sebagai usaha menggali potensi ekonomi yang disebabkan semakin berkurangnya produksi migas, batu bara dan produk olahan. "Banyak negara dalam mengembangkan ekonomi memanfaatkan basis budaya, seperti Korea, juga negara lainnya," katanya, menegaskan. Oleh karena itu, menurut dia, pengembangan budaya di Tanah Air bisa dilakukan dengan menghidupkan berbagai budaya yang sudah mati, seperti batik, dan tari. Ia mencontohkan, Desa Jono, Kecamatan Temayang, Bojonegoro, sudah melakukan langkah pengembangan budaya dengan cara mendirikan Sanggar Tari, sehingga kesenian Tari Tayub di daerah setempat tetap bisa hidup. "Berdirinya banyak sanggar tari akan mampu menghidupkan kembali seni tari yang sudah mati," tandasnya. Ia juga menambahkan berkembangnya pariwisata di Tanah Air juga akan mampu menumbuhkan berbagai industri kreatif yang dampaknya akan memberikan nilai ekonomis. Bupati Bojonegoro Suyoto, sebelumnya, menjelaskan pihaknya merencanakan membangun lokasi Pusat Budaya dan Industri Kreatif yang bisa dimanfaatkan sebagai ajang pembelajaran bagi masyarakat, sekaligus memberikan nilai ekonomis bagi pelaku seni. Pusat Budaya dan Industri Kreatif itu, jelasnya, akan berisi gedung musium, perpustakaan, berbagai kegiatan kesenian, juga budaya dalam menangani bencana banjir. "Di lokasi Pusat Budaya dan Industri siapa saja bisa belajar, berdiskusi untuk mengetahui sejarah budaya yang ada. Pembangunan Pusat Budaya dan Industri Kreatif saat ini dalam tahap perencanaan," jelasnya. Hadir dalam dialog budaya jajaran pemkab, guru seni dan budaya di daerah setempat, sosiolog Prof. Hotman Siahaan dari Unair Surabaya, Presiden Lima Gunung Jawa Tengah (Jateng) Sutanto, dan Hardjo Kardi, trah terakhir Samin Surosentiko. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014