Kediri (Antara Jatim) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur, belum memutuskan dan menunggu keputusan pusat terkait dengan permintaan keringanan pelunasan kredit korban erupsi Gunung Kelud (1.731 mdpl).
"Kami petakan dan perbaruhi data terkait erupsi Gunung Kelud di perbankan wilayah BI Kediri terkait potensinya," kata Manajer Unit Akses Keuangan dan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri Andy Indra Prayoga di Kediri, Senin.
Ia mengungkapkan rekap sementara dari 17 bank umum di wilayah BI Kediri yang meliputi wilayah Keresidenan Kediri terdapat pengajuan kredit mencapai Rp158.960.828.762,37 dengan total 2.082 debitur. Sementara untuk BPR (bank perkreditan rakyat) ada 23 bpr, dengan total pengajuan kredit mencapai Rp70.793.245.969. Pengajuan itu dengan debitur 13.406 debitur.
Ia mengatakan, data itu terus diperbaiki dan segera dikirimkan ke BI Surabaya. Pendataan itu bukan hanya dilakukan di BI Kediri, yang merupakan lokasi terdampak langsung erupsi Gunung Kelud, melainkan juga BI Malang.
"Setelah ke Surabaya nantinya akan diinformasikan ke pusat. Nantinya, pasti ada 'policy' tersendiri," katanya.
Ia mengatakan, sampai saat ini belum ada keputusan dari pusat terkait dengan kebijakan terutama bagi para debitur yang juga terkena erupsi Gunung Kelud. Saat ini, pusat masih melakukan pengkajian yang mendalam dari berbagai aspek.
Namun, ia menegaskan nantinya akan ada kebijakan khusus pada para debitur yang juga terkena dampak erupsi Gunung Kelud. Hal itu pernah diputuskan BI saat erupsi Gunung Merapi.
Gunung Kelud mengalami erupsi, setelah sebelumnya terjadi gempa tremor sampai enam jam. Gunung itu dinyatakan erupsi pada Kamis (13/2) pukul 22.56 WIB, setelah statusnya naik dari semula waspada menjadi awas, mengakibatkan ribuan bangunan dan rumah mengalami kerusakan. Begitu juga dengan hektaran lahan pertanian gagal panen, serta berbagai kerugian lainnya.
Sejumlah warga yang mengajukan kredit berharap adanya pemutihan, mengingat mereka terkena bencana erupsi Gunung Kelud, di antara mereka adalah para petani. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014