Surabaya (Antara Jatim) - Transaksi perdagangan Jawa Timur mengalami defisit sekitar 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS) selama tahun 2013 karena masih besarnya ketergantungan perdagangan provinsi ini terhadap impor.
"Nilai defisit itu tidak lepas dari nilai impor mencapai 25,5 miliar dolar AS dan ekspor hanya 15,5 miliar dolar AS," kata Pengamat Ekonomi, Kresnayana Yahya, di Seminar Proyeksi Ekonomi dan Perdagangan, di Surabaya, Kamis.
Untuk mengantisipasi defisit, menurut dia, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan kualitas produksi khususnya terhadap kebutuhan ekspor. Selain itu, Jatim diharapkan mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok untuk kebutuhan industri yang masih impor.
"Jika total kebutuhan impor sekitar 40 persen untuk konsumsi dalam negeri, nilainya bisa mencapai Rp200-300 triliun. Angka itu yang sepatutnya harus direm," katanya.
Upaya lain, dengan meningkatkan kualitas produksi dalam negeri. Cara tersebut sekaligus memacu komoditas dalam negeri bisa diminati pasar nasional maupun internasional.
"Hal itu sekaligus mampu menggantikan produk-produk impor yang selama ini selalu membanjiri pasar alam negeri," katanya.
Mengenai sejumlah komoditas yang sudah saatnya ditingkatkan secara kualitas, tambah dia, antara lain kertas, biji plastik, dan telepon seluler. Berbagai produk itu kini mampu diproduksi di dalam negeri dan bisa diekspor dengan jumlah besar.
"Seperti furnitur sebesar 0,93 miliar dolar, kertas karton 1,01 miliar dolar AS, lemak nabati 1,36 miliar dolar AS, dan perhiasan 1,22 miliar dolar AS. Sementara, nilai impor untuk ampas sangat tinggi atau mencapai 1,3 miliar dolar AS," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014