Oleh Laily Widya A.
Surabaya (Antara Jatim) - Pakar kelautan dan teknik perkapalan ITS, Prof Daniel M Rosyid PhD M.RINA, menawarkan modernitas baru dalam bidang pangan dan energi melalui buku karyanya berjudul "Modernitas Baru Untuk Indonesia Abad 21: Perspektif Maritim dan Energi".
"Di abad ke-21 ini perlu untuk memilih modernitas baru yang berbeda dengan meninggalkan obsesi pada pertumbuhan seperti China, yakni modernitas dengan memilih hidup sederhana," katanya dalam peluncuran bukunya di Rektorat Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya, Senin.
Dalam peluncuran buku itu, ia mengatakan modernitas baru yang diperlukan adalah memilih hidup sederhana, sebab pertumbuhan justru mendorong kerusakan ekosistem yang memburuk di awal abad 21.
"Kerusakan ekosistem tersebut disebabkan masyarakat modern yang dilanda penyakit tak menular seperti diabetes, stroke, kanker, obesitas, karena adanya kelebihan konsumsi pangan dan energi dengan biaya main besar," katanya.
Menurut dia, syarat pokok untuk tumbuh adalah energi, tetapi masyarakat cenderung mengonsumsi apapun lebih banyak sehingga penguasaan sumber-sumber alam dan energi dikonsumsi melampaui kemampuan ekosistem yang ada.
"Konsumsi energi per kapita rata-rata sekitar 700 liter per tahun, namun di tempat-tempat yang padat seperti Jakarta menjadi lebih untuk per kapitanya sekitar 5 ribu liter per tahun, sehingga perlu adanya kebijakan penting untuk mengendalikan kebutuhan konsumsi energi," katanya.
Dalam hal ini, sektor industri maritim menjadi sektor yang dikorbankan dalam model pertumbuhan industri yang makin memihak pada sektor keuangan daripada sektor riil.
"Kebijakan energi selalu fokus pada kecukupan pasokan energi, termasuk bauran energinya serta konsumsi di sektor transportasi semakin mendominasi konsumsi energi per kapita," katanya.
Selain itu, ia mengatakan konsumsi harus diarahkan tidak saja pada baik, pantas, tidak berlebihan guna mendorong keadilan dan membuka kemungkinan utnuk hidup berbahagia bagi lebih banyak warga negara.
Ramah Lingkungan
Pihak Jepang, "Kitakyushu Asian Center for Low Carbon Society" bekerja sama dengan pihak Indonesia di Surabaya, merencanakan proyek rendah karbon dan ramah lingkungan, di antaranya dalam bidang energi, bidang limbah padat, bidang transportasi, serta bidang sumber daya air.
"Hasil kajian kami antara lain penghematan energi gedung-gedung, kombinasi panas dan listrik di kawasan industri, serta bidang limbah padat juga perlu diperhatikan untuk merencanakan kota Surabaya dengan rendah karbon dan ramah lingkungan," kata Senior Konsultan NTT Data Institute of Management Consulting Inc., Yusuke Kikuchi.
Data yang dihimpun NTT Data Institute of Management Consulting Inc. mencatat situasi sektor energi di Indonesia saat ini mengalami peningkatan permintaan listrik dengan rata-rata 8,65 persen dari tahun 2012 hingga 2021 serta penggunaan batubara sebagai sumber listrik yang melimpah.
Dalam kajian "Hitachi Zosen Corporation" menghasilkan penurunan C02 oleh "Waste to Energy" (WtE) di antaranya kapasitas pengolahan limbah 500 ton per hari yang dikalikan satu lini, nilai kalori limbah (LHV) 1.942 kcal per kg, kondisi ketel uap 4 Mpa.
"Hasil penurunan CO2 oleh WtE dari alternatif bahan bakar fosil oleh WtE, penurunan CO2 dari sumber lain untuk menghindari timbulan metan, serta penurunan CO2 secara total," kata Senior Manager Departemen Promosi Bisnis Global, Masanori Tsukahara.
Dari bidang transportasi umum atau publik, perbaikan sistem lalu lintas untuk kendaraan juga masih dianggap penting oleh pihak Jepang, Almec VPI Corporation dalam kajiannya tersebut.
"Hasil kajiannya dieroleh survei 'Global Positioning System' atau GPS, wawancara, serta identifikasi target proyek untuk kendaraan," kata Direktur Almec VPI Corporation, Ken Kumazawa.
Kajian dari Matsuo Consultans, Co, Ltd, dalam bidang sumber daya air juga menunjukkan bagaimana hasil penelitian dari instalasi pengolahan air di Surabaya yakni Ngagel dan Karangpilang.
"Dalam penelitian, kami mengkhawatirkan adanya polusi air oleh limbah industri yang berasal dari pabrik-pabrik di sekitarnya," kata Manager Matsuo Sekkei Corporation, Keishi Kabasawa.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, juga menghadiri kegiatan tersebut dengan harapan proyek tata kota rendah karbon dan ramah lingkungan di Surabaya bisa berjalan sesuai tujuan.
"Semoga proyek ini bisa berjalan sesuai tujuan untuk menanggulangi bencana yang datangnya tidak bisa diprediksi, terutama yang terjadi di Surabaya," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014