Surabaya (Antara Jatim) - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) mempercepat revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) yang menjadi hambatan utama dalam pertumbuhan arus kapal dan barang di Jawa Timur dan kawasan timur Indonesia. "Percepatan ini kami lakukan melalui anak perusahaan Pelindo III yakni PT Pelindo Marine Service (PMS) yang mendirikan anak perusahaan patungan PT Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dengan Van Oord Dredging and Marine Contractors BV (VO)," kata Direktur Utama PT Pelindo III Djarwo Surjanto di Surabaya, Minggu. Menurut dia, pada penandatanganan "joint venture" yang dilakukan KBRI Den Haag, Belanda (17/1), akan menugaskan anak perusahaan itu untuk bergerak di bidang pengembangan dan pengelolaan APBS, khususnya alur pelayaran yang menuju Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. "Lalu, kami menunjuk dan menugaskan anak usahanya PT Pelindo Marine Service (PMS) sebagai perwakilan Pelindo III dalam menyiapkan wahana dan struktur yang sesuai untuk mengembangkan, mengelola dan mengoperasikan APBS," ujarnya. Bahkan, jelas dia, Pelindo III juga meminta PMS untuk bekerja sama dengan Van Oord Dredging and Marine Contractors BV (VO) guna membentuk suatu perusahaan patungan penanaman modal asing dengan komposisi pemegang saham, PMS mewakili 60 persen (enam puluh persen) dan VO mewakili 40 persen (empat puluh persen) dari seluruh saham pada saat pendirian JVC. "Baik PMS maupun VO akan bergerak dalam bidang usaha jasa pengerukan dan jasa pemeliharaan kedalaman alur pelayaran, pengembangan dan pengelolaan alur pelayaran serta jasa reklamasi," katanya. Ia menambahkan tindakan tersebut karena Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya memiliki peran utama dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Apalagi, pelabuhan yang dibangun pada awal tahun 1900 itu direalisasi oleh kontraktor Belanda, HAM. "Sampai saat ini, Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Pelabuhan Tanjung Perak menjadi titik tumpu dan gerbang ekonomi tidak hanya bagi Provinsi Jawa Timur, tetapi juga untuk Kawasan Timur Indonesia," katanya. Akan tetapi, sebut dia, peran Tanjung Perak sekarang belum optimal karena kedalaman "Access Channel" yang mencapai -9.5 meter LWS. Namun, mulai tahun 2000 Pelindo III sebagai perusahaan milik negara telah mengambil beberapa upaya yang luar biasa untuk menganalisis pentingnya Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) pada masa depan. "Seperti studi yang dilakukan oleh DETEC dari Belanda pada tahun 2001," katanya. Studi tersebut didanai oleh sinergi dari Pelindo III dengan instansi pemerintah Belanda waktu itu. Beberapa penelitian dan ulasan sesudahnya, Pelindo III berinisiatif mengusulkan skema Public Private Partnership (PPP) kepada Pemerintah Indonesia. "Hal itu mengingat kepentingan dan urgensi memperdalam dan pelebaran APBS," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014