Surabaya (Antara Jatim) - Pejabat Pemerintah Provinsi Jawa Timur meninjau eks lokalisasi di kawasan Dupak Bangunsari Surabaya sekaligus bersilaturahim dengan tokoh masyarakat serta warga setempat, Selasa. "Sekitar setahun lalu, lokalisasi di Dupak Bangunsari sudah ditutup. Kami ingin melihat sekaligus bersilaturahim bersama warga dengan kehidupan barunya," ujar Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Jatim, Ratnadi Ismaoen, di sela-sela peninjauan. Kunjungannya didampingi Kepala Bagian Sosial Biro Kesejahteraan Rakyat, Indra, serta sejumlah pengurus Ikatan Dai Lokalisasi (Idial) yang sengaja dibentuk untuk berdakwah di kawasan lokalisasi dan mengajak penghuninya kembali ke jalan yang benar. Pihaknya mengakui, saat ini jumlah lokalisasi di Jatim masih tersisa 35 tempat yang tersebar di beberapa daerah. Sedangkan, lokalisasi yang berhasil ditutup sebanyak 12 tempat. Menindaklanjutinya, kata dia, Pemprov akan menyurati pemerintah kabupatan dan kota agar menutup lokalisasi yang ada di sana. Langkah ini diambil karena ada beberapa pemerintah daerah yang lamban menangani penutupan lokalisasi. "Pemerintah di daerah harus memiliki komitmen menutup lokalisasi. Kami tidak akan berhenti mengingatkan untuk segera menutup lokalisasi yang masih beroperasi," kata pejabat wanita yang akrab disapa Bibing tersebut. Berdasarkan data yang dimiliki Biro Adminitrasi dan Kesra Pemprov Jatim, jumlah wanita tuna susila (WTS) yang beroperasi sudah turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya. "Saat ini jumlah WTS aktif sebanyak 5.412 orang dari sebelumnya 7.127 orang. Artinya, sebanyak 1.715 WTS sudah berhasil dientas pada tahun lalu," kata dia. Target berikutnya, lanjut Bibing, pada tahun ini pihaknya akan menutup lokalisasi lainnya, antara lain Gude di Madiun, Padang Bulan di Banyuwangi, Kedung Banteng di Ponorogo, serta yang paling utama yakni lokalisasi Dolly di Surabaya. Sementara itu dalam kunjungannya, para pejabat Pemprov Jatim dan rombongan menyempatkan berkunjung ke warung-warung milik mantan WTS. Salah satu penghuninya, Suprapti (38) asal Gresik mengaku saat ini berjualan berbagai menu makanan penyet dan sambal. "Saya dulu pernah jadi WTS untuk menghidupi kebutuhan ekonomi keluarga setelah ditinggal suami yang meninggal dunia. Sekarang sudah berhenti dan mencari modal usaha sendiri," kata wanita yang tahun lalu dapat modal sebesar Rp3 juta dari pemerintah itu. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014