Jember (Antara Jatim) - Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada bulan November 2013 mengalami deflasi sebesar 0,23 persen dan merupakan deflasi tertinggi kedua setelah Sumenep yang mencapai 0,38 persen. "Masih berlangsungnya masa panen beberapa komoditas pangan seperti cabai dan tomat menyebabkan harga kedua komoditas tersebut turun hingga menyebabkan deflasi di Jember," kata Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember Dwi Suslamanto, Selasa. Menurut dia, sebagian besar koreksi harga terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang yang dipicu kecenderungan menurunnya konsumsi masyarakat, namun di sisi lain deflasi juga tertahan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan rencana kenaikan cukai rokok di tahun 2014. "Deflasi tertinggi pada kelompok makanan sebesar 1,12 persen yang diikuti oleh kelompok sandang sebesar 0,25 persen, sedangkan di sisi lain inflasi cukup tinggi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,25 persen dan perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,20 persen," tuturnya. Proyeksi pada bulan Desember 2013 di Jember diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,20 persen atau secara tahunan tercatat sebesar 6,44 persen. "Upah minimum kabupaten (UMK) Jember tahun 2014 sebesar Rp1.270.000 akan berdampak pada peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat," katanya. Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,19 persen pada November 2013, inflasi tersebut didorong oleh terjadinya inflasi di empat kota dari tujuh kota IHK di Jatim, sedangkan tiga kota IHK lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0,42 persen, diikuti Surabaya 0,25 persen, Malang sebesar 0,23 persen, dan Probolinggo sebesar 0,12 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Sumenep 0,38 persen, diikuti Jember 0,23 persen, dan Madiun sebesar 0,09 persen. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013