Surabaya (Antara Jatim) - Seekor komodo jantan berumur 11 tahun asal Provinsi Nusa Tenggara Timur yang selama ini menjadi koleksi Kebun Binatang Surabaya diketahui mati di ruang karantina di saat sedang perawatan, Selasa. Direktur operasional Kebun Binatang Surabaya (KBS) drh. Liang Kaspe mengatakan untuk sementara berdasarkan hasil otopsi dari tim medis KBS, binatang biawak raksasa ini mati karena ada kelainan ginjal. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan komodo ini. Rupanya kelainan ginjal yang cukup kronis, membuat komodo ini tak bisa dipertahankan. Sedangkan penyakit lainnya tidak ditemukan," katanya. Menurut dia, kelainan ginjal yang dialami komodo tersebut baru terdeteksi dalam minggu-minggu ini. Untuk itu pihaknya langsung memasukan komodo tersebut dalam ruang karantina guna mendapatkan perawatan yang intensif. Ia menambahkan penyebab kelainan ginjal ini dikarenakan air yang dikonsumsi komodo tersebut tidak layak. Selama ini, air tersebut berasal dari sungai Kali Surabaya. Padahal air sungai Kali Surabaya sendiri tidak layak minum karena sudah tercemar limbah pabrik dan juga kadar logamnya cukup tinggi. Agar kejadian ini tidak terulang lagi, direksi KBS merencanakan untuk menyetop pemakaian air kali Surabaya, sebagai gantinya akan dipasok air dari PDAM Surabaya ke KBS. "Kemungkinan rencana ini baru terealisasi tahun depan. Saat ini kami sedang melakukan penghitungan terkait biaya pemasokan air dari PDAM ke KBS. Kami yakin air PDAM ini lebih aman dikonsumsi hewan dari pada dari Kali Surabaya langsung," ujarnya. Humas KBS Agus Supangat mengatakan dengan matinya seekor komodo, maka koleksi komodo di KBS saat ini tinggal 58 ekor dengan perincian 18 ekor jantan dan 15 ekor betina. Sedangkan sisanya sebanyak 25 ekor belum jelas kelaminya karena masih kecil. "Kami juga saat ini sedang dalam tahap penetasan 20 butir ekor komodo. Diperkirakan Maret tahun depan akan menetas. Selama ini penangkaran komodo di KBS cukup berhasil," katanya. Sebelumnya binatang langka lainnya yaitu seekor jaguar bernama Dainler ditemukan mati di KBS pada Kamis (14/11) lalu. Binatang tersebut dikarenakan faktor usia tua karena sudah 22 tahun sehingga rentan penyakit. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013