Oleh D.Dj. Kliwantoro
Semarang (Antara) - Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR Eva Kusuma Sundari merespons baik kesigapan Kementerian Luar Negeri RI terkait dengan rencana pemulangan TKI "overstayers" yang masuk dalam kelompok rentan dari Jeddah, Arab Saudi, ke Indonesia.
"Saya merespons baik kesigapan Pak Menlu Marty Muliana Natalegawa dengan mengirimkan pesawat untuk para tenaga kerja Indonesia (TKI) 'overstayers' yang berisiko, termasuk anak-anak dan orang tua. Akan tetapi, hal ini belum menyelesaikan masalah pokok, yaitu pemulangan total TKI 'overstayers'," katanya ketika dihubungi Antara dari Semarang, Jumat.
Sebelumnya, seperti diwartakan sejumlah media, Kementerian Luar Negeri RI akan mengirimkan pesawat untuk membantu pemulangan TKI di Jeddah, Arab Saudi. Adapun biaya pemulangan mereka akan ditanggung oleh negara.
Menlu Marty Natalegawa memastikan 7.800 TKI yang dokumen keimigrasiannya melebihi batas izin tinggal (overstayers) di Jeddah saat ini telah dipindahkan ke rumah imigrasi yang jaraknya sekitar 45 kilometer dari Jeddah. Pemerintah kini tengah fokus menangani TKI berkebutuhan khusus, seperti wanita, anak-anak, atau mereka yang sakit.
Lebih lanjut Eva yang juga anggota Komisi III (Bidang Hukum, HAM, dan Keamanan) berharap eksekusi tersebut sesegera mungkin untuk menghindarkan memburuknya kondisi mereka baik mental maupun spiritual akibat dalam situasi yang tidak nyaman secara berkepanjangan.
Meski demiakian, dia tetap berharap Menlu juga mengirim kapal laut untuk mengangkut yang lain karena tidak mungkin mengirimkan pesawat terbang.
"Opsi ini harus segera direalisasi agar para TKI 'overstayers' keluar dari penampungan yang kondisinya memicu memburuknya daya tahan mereka," kata calon anggota DPR RI periode 2014--2019 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VI.
Sementara itu, Ninik Andrianie, inisiator pembentukan Tim Pemantau Amnesti Arab Saudi, memandang perlu Kemlu RI lebih memerinci, misalnya, mengenai jumlah pesawat dan kapasitasnya.
"Saat ini TKI 'overstayers' menanti berita tersebut. Begitu tahu kapal akan datang, mereka akan berduyun-duyun menyerahkan diri ke imigrasi, sementara 7.000-an TKI 'overstayers' yang berada di dalam tahanan tidak mampu diurus dengan baik, pembagian makanan tidak rata," katanya.
Berdasarkan informasi yang dia terima, ada perbedaan dalam waktu makan antarkamar, yakni ada yang disuplai makanan selama empat jam sekali, ada pula yang sampai 24 jam sekali.
"Ada kamar yang terlewat, yang penghuninya tidak diberi makan. Mengapa begitu? Apakah KJRI tidak punya data berapa jumlah kamar tahanan khusus TKI beserta nomor kamar dan blok berapa? Ini saya rasakan aneh," kata Ninik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013