"Tidak. Tidak boleh tidak mau," ucap Dan Bee Park pada suatu sore di bangku taman kampus "Hankuk University of Foreign Studies" (HUFS) di Kota Seoul. Mahasiswi Jurusan Bahasa Indonesia HUFS itu sedang menegaskan keinginan kuatnya untuk tinggal dan bekerja di Indonesia setelah lulus nanti. Kata "tidak" itu disampaikannya ketika ditanya bagaimana kalau suaminya kelak tidak sejalan dengan keinginanya. Disinggung bahwa dirinya harus mengalah pada suami, ia kembali berujar tegas bahwa perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihannya. "Walaupun perempuan, saya harus lebih kuat," tukasnya. Atau justru bersuamikan orang Indonesia? "Tidak apa-apa juga," tuturnya tersenyum. Sementara Kang Ye Jun, mahasiswa lainnya mengemukakan bahwa setelah lulus dan menyandang gelar sarjana dalam bidang Bahasa Indonesia, dirinya ingin menjadi pegawai negeri di pemerintahan Korea Selatan. Ia berencana bisa bekerja di Korea Selatan dan Indonesia secara bergantian. Baru setelah usia 40 tahun, ia ingin bekerja dan tinggal di Indonesia bersama keluarganya. "Saya senang dengan keadaan di Jakarta. Aman. Panas tidak apa-apa. Macet? Ya, itu sedikit masalah," timpalnya. Dan Bee dan Kang Ye Jun adalah sebagian dari anak muda Korea Selatan yang menyemaikan harapan masa depannya pada kemampuannya berbahasa Indonesia. Keduanya bersama dengan puluhan mahasiswa lainnya memilih jurusan Bahasa Indonesia/Malaysia. Mereka bukan anak muda yang "tersesat" memilih jurusan itu. Kang memilih jurusan itu dengan dukungan penuh keluarganya. Ia mengenal jurusan itu ketika kakaknya mengatakan bahwa Indonesia dan dan sejumlah negara lainnya yang tidak terlalu jauh dari Korea Selatan sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Karena itu, kakaknya sangat mendukung ketika lulus SMA Kang memilih Jurusan Bahasa Indonesia di HUFS. Jurusan Bahasa Indonesia/Malaysia di HUFS sudah berdiri sejak 49 tahun lalu. Setiap tahun perguruan tinggi itu menerima 60 mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia yang dibagi masing-masing 30 orang di kampus Seoul dan Yong In. Prof Koh Young Hun, guru besar Bahasa Indonesia di HUFS mengemukakan bahwa hampir 100 persen mahasiswanya pernah belajar selama enam bulan di Indonesia dan Malaysia untuk pendalaman kemampuan berbahasa. Di Indonesia mereka belajar di kampus Universitas Indonesia. Dari pengalaman belajar di Jakarta itulah Dan Bee Park dan Kang Ye Jun mengenal langsung makanan dan kebudayaan Indonesia. Untuk makanan, keduanya suka makan nasi goreng, mi goreng, sate, ayam bakar dan sambal terasi. "Saya suka sambal terasi. Kadang-kadang makan nasi dicampur dengan sambal terasa sudah enak. Iya, mirip bibimbap," papar Dan Bee. Kecintaan Dan Bee pada makanan dan suasana Indonesia bukan sekadar karena pengalaman langsung tinggal di Jakarta. Hal itu juga ditunjang pengetahuannya selama di bangku kuliah. Tidak hanya bahasa Di HUFS, sebagaimana diungkapkan Koh, mahasiswa tidak hanya diajari tentang bahasa, yakni sastra dan linguistik. Mereka juga diajari berbagai hal tentang Indonesia. Mereka mengenal Indonesia mulai dari masalah sosial, politik, kekayaan alam, religiusitas dan lain sebagainya, sehingga sebelum ke Indonesia mereka sudah memiliki bekal pengetahuan yang cukup. "Ini bedanya. Kalau di Indonesia, jurusan bahasa kan hanya ada dua pilihan, yakni sastra atau linguistik. Di HUFS kami membekali mahasiswa dengan banyak hal. Bahkan ada pilihan mata kuliah semacam minor, seperti ekonomi, manajamen dan lainnya," ungkapnya. Menurut penulis buku "Pramoedya Menggugat, Melacak Jejak Indonesia" itu, kalau sekadar ingin menguasai Bahasa Indonesia, mereka bisa kuliah di perguruan tinggi di Indonesia atau tinggal di Indonesia untuk beberapa lama. "Kami memberikan ilmu tentang Indonesia kepada mahasiswa, bukan hanya bahasa. Kalau hanya ingin bisa berbahasa Indonesia, tinggal satu tahun di Indonesia saya kira sudah cukup," urainya. Kalau Dan Bee banyak bercerita soal makanan, Kang Ye Jun bercerita soal kesenangannya pada penyanyi Indonesia, khususnya Agnes Monica. Pengenalannya pada Agnes berawal ketika ia tinggal di sekitar kampus UI di Jakarta. Ia lihat Agnes di televisi saat membintangi iklan. Selain seksi, katanya, Agnes juga dilihatnya sangat energik saat menyanyi. Ia nilai penampilan Agnes berbeda dengan penyanyi Korea. Agnes lebih lepas dalam melakukan gerak tari, sedangkan penyanyi Korea terlihat lebih berhati-hati. Bagaimana dengan dangdut? "Aaa, saya juga suka dangdut. Terutama yang penyanyinya seksi. Tapi saya lupa nama penyanyinya," katanya bersemangat. Sementara Koh menambahkan pihaknya dibatasi hanya menerima 60 mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia setiap tahunnya, meskipun peminatnya banyak. Tingganya minat anak muda Korea itu karena lulusannya banyak terserap oleh dunia kerja, baik di perusahaan di Korea Selatan maupun yang membuka cabang di Indonesia. Maman S Mahayana, profesor tamu HUFS dari Universitas Indonesia, dan Koh juga mengemukakan bahwa untuk diterima di jurusan itu tidak mudah karena persaingannya cukup ketat. "Untuk masuk ke jurusan ini cukup ketat persaingannya. Kira-kira dari 10 orang peserta yang diambil hanya satu orang," papar Koh yang pernah mengajar Bahasa Korea di sebuah universitas di Jakarta itu. Ia mengemukakan kalau pada tahun 70-an dirinya masuk jurusan itu tanpa dilandasi pengetahuan tentang negara Indonesia, bahkan di mana letaknya, kini pilihan itu justru atas kesadaran dan bahkan dukungan dari keluarga. "Kemarin saya mendapatkan surat dari anak SMA di Seoul ini yang menanyakan bagaimana persiapan untuk masuk ke Jurusan Bahasa Indonesia, padahal dia masih dua tahun lagi akan masuk kuliah," katanya. Koh meyakini bahwa keberadaan Jurusan Bahasa Indonesia di Hankuk University dan beberapa perguruan tinggi lain di Korea Selatan akan ikut membantu harmonisnya hubungan Indonesia dengan Negeri Ginseng itu yang sudah terbangun sejak lama. Sementara Maman S Mahayana yang juga pengamat sastra ini mengemukakan bahwa tingginya minat anak muda Korea Selatan belajar Bahasa Indonesia tentu saja membuat kebanggaan tersendiri. Lebih dari itu, sebetulnya bangsa Indonesia harus belajar banyak dari Korea, terutama mengenai etos kerja dan kepedulian pada pendidikan. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013