Mosul, Irak, (Antara/AFP) - Serangan-serangan di Baghdad dan Irak utara menewaskan lima aparat keamanan dan seorang warga sipil, Minggu, kata sejumlah pejabat. Penembakan dan pemboman itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan mematikan selama beberapa bulan ini dan terjadi ketika pihak berwenang melakukan operasi terhadap militan dan memperketat keamanan. Di provinsi Nineveh, Irak utara, penyerang bunuh diri menabrakkan mobilnya yang berisi bom ke sebuah pos pemeriksaan polisi, menewaskan dua polisi dan mencederai tiga aparat lain dan seorang warga sipil, kata beberapa pejabat keamanan dan medis. Serangan bom itu terjadi di kota Tal Afar yang berpenduduk Syiah. Juga di Nineveh, orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke sebuah pos pemeriksaan militer di ibu kota provinsi itu, Mosul, menewaskan dua prajurit. Seorang pegawai komisi pemilu ditembak mati di daerah lain di Mosul. Di Baghdad selatan, ledakan bom pinggir jalan yang ditujukan pada patroli kepolisian menewaskan seorang mayor polisi dan mencederai tiga aparat lain, kata para pejabat. Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa. Dengan kekerasan terakhir itu, lebih dari 5.450 orang tewas sejak awal tahun ini, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber medis dan keamanan. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, namun militan Sunni dan Al Qaida meningkatkan kekerasan tahun ini, khususnya terhadap warga Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam. Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak. Kekerasan Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya. Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak. Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang. Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak telah mencapai ribuan orang sejak awal tahun ini. Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008. Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis. Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak. Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni. Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013