Moskow (Antara/AFP) - Rusia pada Senin, mendesak Amerika Serikat melakukan cara apa pun untuk membawa oposisi Suriah ke perundingan perdamaian, setelah kelompok utama oposisi mengatakan tidak akan menghadiri pertemuan di Jenewa itu.
"Kami sangat berharap mitra kami dari Amerika Serikat dan negara lain, yang tidak hanya memiliki pengaruh di berbagai kelompok oposisi dan mendorong kelompok oposisi itu terus berjuang, menyadari tanggung jawabnya untuk menciptakan keadaan serta menjalankan bagian tugasnya bagi terselenggaranya Jenewa 2," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
George Sabra, presiden Dewan Nasional Suriah, anggota terbesar pada Koalisi Nasional, mengatakan hari Minggu bahwa kelompok tersebut tidak akan menghadiri perundingan damai yang diusulkan di Jenewa.
Perundingan Jenewa II itu, yang pertama kali diusulkan berlangsung pada Mei, berkali-kali tertunda dan saat ini diharapkan dapat terselenggara pada pertengahan bulan November.
Sabra mengatakan perundingan tidak mungkin dilakukan jika melihat betapa rakyat di lapangan sedang mengalami penderitaan.
Lavrov mengatakan pernyataan Sabra itu menggarisbawahi bahwa konferensi damai mendesak untuk diwujudkan.
"Rintangan utama jalan ini masih berupa ketidakmampuan mitra-mitra untuk membuat oposisi Suriah maju ke Jenewa dan duduk di meja perundingan dengan pemerintah."
Secara kontras, katanya, Rusia sedang menjalankan tugasnya untuk membantu terselenggaranya konferensi tersebut.
"Kami mengerahkan pengaruh terhadap Damaskus, memberikan hasil nyata," katanya.
Moskow telah berkali-kali mengatakan bahwa agar perundingan damai berhasil, pihak oposisi harus memiliki satu suara.
Lavrov pada hari Senin memperingatkan bahwa pihak oposisi saat ini sangat terpecah belah.
"Koalisi Nasional sedang kehilangan posisinya. Koalisi sedang kehilangan pengaruh," ujarnya.
Negara-negara Barat yang dipimpim oleh Amerika Serikat dan Rusia telah mendesak pemerintah Bashar al-Assad untuk bertemu melakukan perundingan tentang penyelesaian konflik yang telah berlangsung selama dua setengah tahun, yang telah menewaskan sekira 115.000 orang.(*)
(Uu.T008/T. Mutiasari/A/B. Soekapdjo)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013