Surabaya (Antara Jatim) - Mobil bertenaga surya generasi keempat berjuluk "Widya Wahana Sapu Angin" yang merupakan karya mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ITS siap berlaga dalam kompetisi "World Solar Challenge 2013" di Australia pada 6-13 Oktober 2013. Kesiapan itu ditandai dengan peluncuran "Widya Wahana Sapu Angin" atau "Sapu Angin Surya" oleh Rektor ITS Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA di halaman Rektorat ITS Surabaya, Sabtu. "Tidak ada target resmi dari ITS. Bisa mencapai finish saja, kami sudah bersyukur," kata Prof Tri Yogi dalam peluncuran itu, didampingi tim mahasiswa dan dosen pembimbing proyek Widya Wahana Sapu Angin, Dr Muhammad Nur Yuniarto. Ia memberikan apresiasi yang cukup tinggi terhadap karya sivitas akademika kali ini, sebab lahirnya "Widya Wahana Sapu Angin" mewujudkan mimpi para pendahulu ITS untuk berlaga di kejuaraan mobil surya internasional. "Tidak ada alasan bagi mereka untuk minder dengan kontingen dari negara lain, karena Widya Wahana Sapu Angin merupakan kontingen satu-satunya dan yang pertama dari Indonesia dalam kompetisi tersebut. Harumkan nama ITS dan Indonesia di Australia," katanya. Dalam kesempatan itu, dosen pembimbing Dr Muhammad Nur Yuniarto meyakini "Widya Wahana Sapu Angin" berbeda dengan tiga mobil surya sebelumnya, karena Widya Wahana generasi keempat itu hampir pasti berangkat ke Australia. Dosen Jurusan Teknik Mesin ITS itu menambahkan proyek pembuatan mobil surya itu menyerap dana yang tidak sedikit, karena komponen mobil yang digunakan merupakan kualitas terbaik yang ada di pasaran. "Dana Rp 700 juta yang terserap, sebagian besar untuk membeli sel surya dan motor. Sel surya tersebut memiliki efisiensi yang cukup tinggi hingga 22,5 persen," katanya. Selain itu, kontingen tunggal Indonesia dalam ajang "World Solar Challenge 2013" itu juga dilengkapi dengan baterai yang memiliki daya simpan hingga 5 KW. Untuk kecepatan dari "Widya Wahana Sapu Angin" atau "Sapu Angin Surya" itu sendiri bisa mencapai 100 kilometer per jam. "Jadi, kami optimistis bisa mencapai finish, karena finish dalam kejuaraan itu hanya memerlukan kecepatan 80 kilometer per jam," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013