Mojokerto (Antara Jatim) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan produksi dari pabrik bioetanol yang dibangun PT Perkebunan Nusantara X (Persero) di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, akan dibeli oleh PT Pertamina untuk campuran pembuatan bahan bakar minyak. "Pertamina membeli bioetanol dari pabrik milik PTPN X sifatnya 'mandatory' atau wajib dan itu salah satu bagian dari sinergi BUMN," kata Dahlan Iskan usai meresmikan beroperasinya pabrik bioetanol PTPN X di komplek Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur, Selasa. Menurut ia, sudah ada pembicaraan antara PTPN X dengan Pertamina terkait kerja sama pembelian produk tersebut, termasuk soal harga jual beli bioetanol. Pabrik bioetanol pertama yang dimiliki BUMN tersebut merupakan kerja sama antara New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Jepang dengan Kementerian Perindustrian. NEDO Jepang memberikan hibah melalui Kementerian Perindustrian, yang selanjutnya dikerjasamakan dengan PTPN X. Presiden Direktur NEDO Jepang Kenji Kurata hadir langsung dalam peresmian pabrik bioetanol tersebut. Total investasi pembangunan pabrik berkapasitas produksi 30 juta liter per tahun bioetanol dengan 'fuel grade" (tingkat kemurnian) 99,5 persen itu mencapai Rp461,21 miliar, dengan skema pendanaan dari hibah NEDO Jepang Rp150 miliar dan dana internal PTPN X sebesar Rp311,21 miliar. Bioetanol diproses dari bahan baku tetes tebu (molasses) yang akan dipasok dari Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, Mojokerto, milik PTPN X. "Ini merupakan pabrik bioetanol berbasis tetes tebu pertama yang dimiliki BUMN. Ke depan, tetes tebu harus dimanfaatkan untuk bioetanol dan dan juga potensi-potensi tanaman lain, seperti sorgum, akan didorong untuk bahan baku bioetanol. BUMN siap untuk itu," tambah Dahlan. Ia menambahkan ada beberapa pabrik bioetanol yang sudah beroperasi di Indonesia, tetapi produksinya adalah bioetanol dengan tingkat kemurnian rendah yang tidak cocok untuk campuran pembuatan bahan bakar minyak premium. "Selama ini kita impor bioetanol yang kualitasnya 99,5 persen seperti yang diproduksi pabrik ini. Jadi, pabrik bioetanol PTPN X ini bisa mengurangi impor," katanya. Energi Terbarukan Dirut PTPN X Subiyono menambahkan pendirian pabrik bioetanol yang terintegrasi dengan pabrik gula diharapkan bisa berkontribusi dalam upaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan di Tanah Air. "Pabrik ini sekaligus menjadi model bagi pengembangan industri gula yang terintegrasi dari hulu ke hilir sehingga industri gula tidak hanya berjualan gula," ujarnya. Subiyono mengatakan kebutuhan bahan baku pabrik bioetanol sebesar 120.000 ton tetes tebu akan dipasok langsung dari PG Gempolkrep. "Selama ini, tetes tebu yang dihasilkan pabrik gula kami hanya dijual dalam bentuk mentah ke perusahaan lain yang mengolahnya untuk dibikin bumbu masak dan sejenisnya. Sekarang ada nilai tambah dari beroperasinya pabrik bioetanol ini," tambahnya. Selain itu, lanjut Subiyono, limbah dari pabrik bioetanol juga masih bisa diolah menjadi gas metan untuk keperluan pembangkit listrik dan dijual kepada pihak ketiga. "Kalau proyek pabrik ini berjalan bagus, nantinya kami ingin membangun pabrik bioetanol lagi yang terintegrasi dengan pabrik gula yang lain. Beberapa dari 11 pabrik gula PTPN X punya potensi besar untuk dikembangkan," ujar Subiyono. Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, mengemukakan ketersediaan bahan bakar minyak dari fosil akan semakin berkurang dan langka di masa mendatang, sehingga bahan bakar nabati bisa menjadi alternatif. Saat ini, lanjut Panggah, kebutuhan bahan bakar nabati secara nasional dalam taraf yang ideal adalah 1,7 juta kiloliter, sehingga diperlukan beberapa pabrik bioetanol lagi untuk memenuhinya. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013