Oleh Asmaul Chusna Kediri (Antara Jatim) - Libur adalah waktu yang ditunggu-tunggu para pelajar. Saat Ramadhan, banyak yang memanfaatkan libur panjang untuk berbagai macam aktivitas, tak terlepas di Kediri. Ada yang memanfaatkan untuk mendalami Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare Kabupaten Kediri, ada juga yang memilih mengisi Ramadhan dengan belajar kitab di pondok pesantren. Adalah Pondok Pesantren dan Madrasah Spesial Fiqih "Hidayatut Thullab" di Dusun Petuk, Desa Pohrubuh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Salah satu pondok salaf yang ada di daerah ini. Banyak pelajar dan santri memilih mengaji kilat saat Ramadhan, mengkaji isi kitab. Saat Ramadhan seperti ini, proses kegiatan di pondok pesantren lebih padat dan difokuskan untuk kegiatan mengaji. Ada sekitar 15-20 kitab yang dipelajari dan harus dituntaskan sampai 17 Ramadhan mendatang. "Semua kitab dibaca tuntas sampai 17 Ramadhan, karena saat itu libur panjang Lebaran," kata pengurus pondok Fuad Hasyim. Ia mengatakan, para santri yang mengaji kilat terdiri dari santri putra dan putri. Mereka ditempatkan di tempat yang terpisah saat pengasuh pondok, KH Ahmad Yasin Asymuni mengaji. Kegiatan biasanya dilakukan di aula pondok. Saking banyaknya kitab yang harus dihabiskan untuk dipelajari saat Ramadhan, jadwal pun juga padat. Setelah shalat subuh berjamaah pada pukul 04.30 WIB para santri sudah mengaji bersama sampai istirahat siang pukul 11.00 WIB. Jam istirahat mulai pukul 11.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB lalu kembali belajar kitab sampai 16.30 WIB, istirahat menunggu buka, shalat tarawih bersama dan kembali mengaji sampai pukul 22.00 WIB, istirahat sebentar dan mengaji kembali sampai pukul 24.00 WIB. "Setelah itu kegiatannya bebas, ada yang tadarus, istirahat," tuturnya. Para santri, kata dia, tidak pernah mengeluh dengan jadwal padat yang dibuat selama Ramadhan. Mereka dengan senang hati mengikuti seluruh rangkaian kegiatan di pondok. Selain santri dari pondok pesantren sendiri, juga terdapat sejumlah santri "kilatan" yang sengaja mengikuti kegiatan pondok saat Ramadhan. Mereka pun tidak kesulitan untuk persiapan buka atau sahur bersama. Ada sebagian santri yang membawa bekal sendiri, bahan-bahan pokok dari rumah dan dimasak di pondok atau membeli di kantin pondok. Para santri juga mudah untuk mendapatkan kitab yang digunakan selama kegiatan Ramadhan. Mereka bisa mendapatkan kitab-kitab itu di koperasi pondok. Sejumlah kitab yang dibahas mayoritas "nukilan", yang merupakan karya pengasuh sendiri KH Ahmad Yasin Asymuni. Kitab itu diambil dari berbagai macam kitab yang ditulis sendiri oleh pengasuh. Beberapa kitab itu di antaranya adalah "Fadhoilul khilmi wassobri" yang menerangkan tentang fadhilah sabar, "Makarimul akhlak" menerangkan tentang akhlak yang baik, Tafsir Ayat Kursi, dan sejumlah kitab lainnya. Para santri yang ikut mengaji kilat, kata Fuad juga berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia. Ada sejumlah santri dari Kediri, tapi juga tidak sedikit dari daerah luar Jawa Timur, seperti dari Jawa Barat, Kalimantan, Sumatera, dan sejumlah daerah lain. Maria, salah seorang santri putri yang ikut kegiatan Ramadhan di pondok pesantren mengaku senang. Ia bisa mengaji dan tinggal bersama-sama dengan rekan lainnya di pondok. Ia sebenarnya juga santri pondok. Tapi, pengasuh membebaskan apakah mengikuti kegiatan di pondok atau luar pondok, dan ia memilih tinggal di pondok. "Senang ikut mengaji di pondok," ucap perempuan yang sudah empat tahun di pondok salaf ini. Hal demikian juga diungkapkan oleh Diana. Santriwati asal Kabupaten Kediri. Ia lebih memilih tinggal dan "mondok" di Pondok Pethuk, sebutan akrab PP Madrasah Spesial Fiqih "Hidayatut Thullab". Ia bisa belajar banyak hal sebagai bekal di kehidupan mendatang. "Saya sudah tiga tahun belajar di tempat ini, dan sengaja saat Ramadhan ikut kegiatan di pondok. Di sini, bisa belajar banyak hal," ujarnya. Sementara itu, Ibrahim, salah seorang santri yang mengaji kilat di pondok itu mengaku sengaja belajar ke pondok. Namun, ia tidak dapat penuh sampai program berakhir, pada 17 Ramadhan, karena harus pulang ke Mataram. "Tidak lama di pondok. Awalnya ikut mengantarkan saudara, tapi sekalian ingin belajar mengaji di pondok selama Ramadhan, tapi tidak bisa penuh, karena harus pulang," katanya. Pesantren Kaki Gunung Wilis Lokasi pondok pesantren ini memang terletak di kaki Gunung Wilis. Pondok ini berada di Kecamatan Semen, kabupaten Kediri. Namun, jarak pondok ke pusat kota tidak terlalu jauh hanya sekitar 20 kilometer, tepatnya ke arah selatan dari pusat Kota Kediri. Jalur ke pondok ini juga cukup mudah, dan masih bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Khusus untuk angkutan umum hanya di pagi hari atau sore hari, bersamaan dengan mobil yang biasa mengantarkan karyawan Gudang Garam berangkat dan pulang bekerja. Pesantren di kaki Gunung Wilis ini diasuh oleh KH Ahmad Yasin Asymuni. Beliau merupakan salah satu pengasuh yang cukup aktif menghasilkan karya. Sejak 1993 sampai sekarang, ada 188 kitab yang dipublikasikan. Mayoritas kitab-kitab ini dilengkapi dengan makna berbahasa Jawa. Kitab di pondok ini populer dengan sebutan "Kitab Bima'na Pethuk". Seluruh kitab ini dikelola oleh koperasi pondok dan didistribusikan ke seluruh pesantren di Indonesia. Bukan hanya itu, beberapa di antaranya juga didistribusikan ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Mesir, dan sejumlah negara lainnnya. Di pondok ini memang terkenal dengan salaf. Namun, saat ini pondok sudah mulai membuka pondok khusus anak untuk putra dan putri tepatnya pada 2010 lalu dengan program pendidikan SD-plus, yaitu sekolah dasar plus diniyah dengan kegiatan ekstra seperti belajar membaca kitab suci Al Quran. Para santri di pondok anak juga berasal dari berbagai macam deerah di Jatim. Ada sekitar 50 santri anak yang sudah tinggal di tempat itu, dan mereka dibimbing oleh sekitar sembilan ustaz yang juga santri di pondok. Demikian juga untuk santri dewasa, juga berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia. Saat ini, jumlah santri yang belajar di pondok itu sekitar 300 santri baik di pondok dewasa maupun anak-anak. Selain belajar ilmu, mereka juga dilatih mandiri dengan ikut mengelola unit usaha pondok, seperti koperasi ataupun belajar keterampilan seperti menjahit, pertanian dan peternakan. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013