Surabaya, (Antara Jatim) - Staf Informasi dan Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo mengemukakan hujan yang belakangan masih mengguyur sejumlah wilayah Jawa, khususnya Jawa Timur, akibat adanya anomali cuaca dampak peningkatan suhu permukaan air laut. Berdasarkan analisis, kata Eko di Surabaya, Rabu, saat ini terjadi penyimpangan suhu permukaan air laut di Indonesia dari biasanya sekitar 28 derajat celcius, kini berkisar 29-30 derajat celcius. Anomali tersebut, memicu terjadinya pusat tekanan rendah di selatan Jawa, sehingga kawasan selatan Jawa itu menjadi muara angin dari berbagai penjuru. Angin yang berhembus tersebut saat ini didominasi angin barat yang membawa uap air dari Samudera Hindia ke Pulau Jawa. "Angin barat memiliki karakter kaya uap air, sehingga mempengaruhi turunnya hujan di wilayah Jawa, khususnya Jatim," kata Eko. Ia menjelaskan, dari analisis klimatologi di beberapa wilayah di Jatim akhir Mei telah memasuki musim kemarau, namun karena terjadi anomali cuaca maka curah hujan masih cukup tinggi. Daerah-daerah yang curah hujannya masih cukup tinggi di antaranya Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Madiun, Ngawi, Ponorogo, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Lamongan, Gresik, Tuban dan Bojonegoro. Pada musim kemarau daerah-daerah tersebut curah hujannya kurang dari 5 mm, tapi saat ini masih sekitar 22 mm. Curah hujan yang terjadi bersifat ringan hingga sedang dan dalam durasi yang singkat. "Kondisi seperti itu diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2013," katanya. Dengan adanya pusat tekanan rendah di selatan Jawa maka gelombang di daerah tersebut juga cukup tinggi yakni berkisar 3,5-4 meter dan kecepatan angin lebih dari 55 kilometer per jam. Sedangkan di utara Jawa atau di Laut Jawa tinggi gelombang berkisar 1,3-2 meter dengan kecepatan sekitar 40 kilometer per jam. Terkait dengan kondisi tersebut Eko mengingatkan petani tidak menanam tanaman yang membutuhkan banyak air, sebab fenomena tersebut sifatnya temporer. "Aktivitas penerbangan juga perlu waspada karena dalam kondisi seperti itu bisa berpotensi terjadi turbulensi pada ketinggian tertentu," katanya menambahkan. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013