Surabaya (Antara Jatim) - Pengamat ekonomi sekaligus peneliti "Index Goverment Indonesia" Jawa Timur, Abdul Quddus Salam, menilai, sampai sekarang peran sektor pertanian terhadap perekonomian di provinsi ini minim karena kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran menempati posisi tertinggi.
"Pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan I tahun 2013 terhadap triwulan I/2012 meningkat 6,62 persen. Dari pencapaian itu, semua sektor mengalami pertumbuhan positif," katanya, di Surabaya, Sabtu.
Akan tetapi, ungkap dia, dari semua sektor itu pertumbuhan terendah terjadi di sektor pertanian yang tumbuh 1,96 persen selama triwulan I/2013 dibandingkan triwulan serupa tahun lalu.
"Padahal, keberhasilan sektor pertanian dalam perekonomian adalah bukti dari kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah di Jatim. Sementara, sampai saat ini fokus pemerintah masih kepada sektor lainnya," ujarnya.
Walau demikian, kata dia, selama triwulan I/2013 pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (10,98 persen), diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran (9,38 persen), dan sektor keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan (8,49 persen).
"Jika dilihat dari besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I/2013 sebesar Rp267,49 triliun maka tiga sektor utama yakni sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor pertanian memiliki peran 74,45 persen," katanya.
Di tempat berbeda, Kepala Badan Pusat Statistik Jatim Irlan Indrocahyo, menambahkan, kinerja PDRB Jatim pada triwulan I/2013 menunjukkan kenaikan dibandingkan triwulan I/2012 sebesar Rp237,40 triliun. Performa itu kian meningkat hingga triwulan IV/2012 menjadi Rp259,44 triliun.
"Oleh karena itu selama satu tahun dari triwulan I/2012 sampai triwulan I/2013 maka kue pembangunan Jatim telah meningkat 1,13 kali," katanya.
Apabila dilihat dari PDRB Penggunaan, sebut dia, perekonomian Jatim selama triwulan I/2013 tumbuh sebesar 1,82 persen terhadap triwulan IV/2012. Situasi tersebut ditunjang oleh dorongan pertumbuhan konsumsi rumah tangga 0,24 persen.
"Lalu, dari pertumbuhan ekonomi 1,82 persen justru perubahan inventori memberi kontribusi 5,01 persen dan konsumsi rumah tangga sebesar 0,17 persen," katanya.
Secara kumulatif Januari-Maret 2013, lanjut dia, komponen PDRB Penggunaan atas dasar harga berlaku yang mempunyai nilai terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga Rp181,89 triliun. Kemudian, diikuti ekspor Rp135,64 triliun, impor Rp126,37 triliun, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Rp52,70 triliun.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013