Oleh Muhammad Razi Rahman Jakarta (Antara) - Konektivitas domestik untuk memperbaiki distribusi di dalam negeri benar-benar harus digunakan untuk kepentingan rakyat dan jangan "dibajak" oleh kepentingan internasional, seperti memfasilitasi kepentingan perusahaan multinasional. "Konektivitas domestik memang harus diperkuat, tetapi dalam rangka memperkuat produktivitas dan partisipasi rakyat dalam ekonomi nasional, bukan 'dibajak' untuk kepentingan asing," kata peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Dani Setiawan ketika dihubungi Antara di Jakarta, Kamis malam. Menurut Dani, seharusnya sudah sejak awal pembangunan dan penguatan konektivitas adalah berdasarkan ekonomi kerakyatan yang berlandaskan amanat konstitusi. Untuk itu, ujar dia, pembangunan konektivitas seperti beragam sarana dan prasarana infrastruktur jangan ditujukan untuk meningkatkan masuknya modal dari luar. "Jangan mengulang kesalahan yang lama dengan membiarkan masuk perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi sumber daya alam," katanya. Ia mengingatkan bahwa ketimpangan di Tanah Air semakin lebar sehingga seharusnya konektivitas di dalam negeri mesti ditujukan untuk memberdayakan ekonomi rakyat dan UKM. Karena itu, Dani menginginkan agar pembangunan konektivitas dilakukan dengan membangun sarana infrastruktur pertanian rakyat antara lain dengan redistribusi lahan pertanian. Selain itu, dibutuhkan pula penguatan konektivitas yang mesti diarahkan agar para petani kecil dapat lebih mudah dalam menjangkau akses pasar untuk menjual hasil garapan produksinya. "Berdayakan pula usaha kecil dan menengah serta koperasi dalam pembangunan konektivitas dan infrastruktur," katanya. Sebelumnya, CEO Institut Bank Pembangunan Asia (ADI) Masahiro Kawai mengatakan, konektivitas regional seperti antara Asia Tenggara dan Asia Selatan, baik melalui infrastruktur yang solid maupun jaringan peringkat lunak, dinilai penting antara lain untuk menyeimbangkan perekonomian antarkawasan tersebut.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013