Jombang (Antara Jatim) - Pelajar di SMPN I Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, memakai canting elektrik untuk membuat batik yang hasilnya berbeda dari canting tradisional. "Hasilnya lebih rapi jika dibandingkan canting biasa (canting yang menggunakan kompor), dan lebih cepat selesai," kata guru pembimbing ekstra kurikuler di SMPN I Diwek Kabupaten Jombang Iriani Lastuti, di Jombang Kamis. Ia mengatakan, ekstra kurikuler batik ini sudah ada sejak satu tahun lalu. Awalnya, batik hanya masuk dalam mata pelajaran kesenian, tapi akhirnya menjadi ekstra kurikuler. Menurut dia, keputusan itu juga atas dorongan anak-anak. Mereka senang mengikuti pelajaran tentang membatik, dan minta agar lebih banyak praktik daripada teori. "Dulu ada 50 pelajar yang ikut, saat ini ada 30 yang bertahan. Mereka kelas delapan dan tujuh, sementara kelas sembilan sudah konsentrasi persiapan ujian nasional ," ucapnya. Ia mengatakan, tidak terlalu sulit melatih anak-anak itu. Mereka diberi penjelasan tentang teknik membatik, membuat pola, sampai pewarnaan. Untuk motif, Iriani menyebut lebih mengenalkan motif khas dari Jombang yaitu didominasi bentuk kubah masjid dan andong. Untuk warna, lebih menggunakan pewarna alami yang dibuat dari sari tumbuh-tumbuhan dan kulit pohon. Misalnya, ingin warna merah maka diambil dari akar buah mengkudu atau kulit buag manggis, dan hitam dari kulit buah rambutan yang dicampur dengan kayu jati. Namun, selama ini lebih dominan menggunakan batik cap daripada tulis, karena waktu pembuatan yang relatif lebi singkat daripada pembuatan batik tulis. "Kalau pewarna kimia, hasil lebih terang dan berwarna, tapi saya ingin membelajari anak-anak dengan memanfaatkan lingkungan," ucap guru yang pernah membuat buku tentang 62 teknik pewarnaan alami ini. Ia berharap, seluruh sekolah di Jombang bisa mempunyai ekstra kurikuler serupa, dengan harapan terus terjadi regenerasi. Para pelajar pun bisa lebih menghargai kebudayan sendiri. Di Jombang, lanjut guru yang mengajar mata pelajaran PKN ini, banyak sekolah yang mengajarkan tentang seni budaya, tapi yang langsung praktik hanya sedikit. Padahal, batik adalah warisan leluhur yang harus terus dilestarikan. Aisyah, salah seorang pelajar yang mengikuti ekstra sekolah batik itu mengaku kegiatan itu sangat menyenangkan. Ia bisa belajar membuat pola, sampai mewarnai. "Rasanya senang, bisa membuat batik," kata Aisyah. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013