Oleh Joko Widodo Solo ( Antara) - Animo tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di Korea Selatan masih tinggi, meskipun situasi di negara tersebut sedang panas karena isu serangan nuklir dengan Korea Utara. Kondisi itu bisa dilihat dari ujian kecakapan Bahasa Korea (Employment Permit System - Test of Proficiency in Korea/EPS TOPIK PBT) 2013 di Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, yang diserbu ribuan pendaftar. Di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, jumlah pendaftar mendekati angka 10.000. Tahun sebelumnya, jumlah pendaftar mencapai 8.000 orang, kata Ketua Panitia EPS TOPIK PBT UNS Tuhana, SH,MSI kepada wartawan di Solo. "Ya isu perang di Korea tidak mempengaruhi antusiasme warga untuk menjadi TKI di sana dan ini bisa dilihat dalam pendaftaran yang jumlahnya terus meningkat," katanya. Tuhana mengatakan, tren penempatan kerja ke Korea Selatan setiap tahun terus meningkat. Data 2010 menunjukkan, pengiriman TKI ke Korea Selatan mencapai 3.964 orang, 2011 sebanyak 6.325 orang, dan 2012 mencapai 6.410 orang. Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Penyiapan Penempatan Direktorat Pelayanan Penempatan Pemerintah BNP2TKI Ali Mansur mengungkapkan, tren meningkatnya animo masyarakat untuk bekerja di Korea Selatan tak lepas dari daya tarik Korea Selatan yang memberikan upah kerja lebih tinggi dibanding dengan upah kerja dalam negeri. Di Korea Selatan, upah minimum regional (UMR) mencapai 1.015.040 Won atau setara dengan Rp10 juta. "Kalau UMR di Indonesia katakanlah Jakarta hanya mencapai Rp2,2 juta. Bahkan di Korea, untuk tenaga kerja berpengalaman bisa mendapatkan gaji hingga Rp20 juta per bulan," ungkapnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013