Surabaya (Antara Jatim) - Ahli Kesehatan asal RSU dr Soetomo, Dr. Dr. Gatot Soegiarto, SpPD, KAI, FINASIM mengingatkan pentingnya vaksinansi meningitis sebelum bepergian ke luar negeri, khususnya di negara-negara yang dianggap endemik meningitis. "Banyak sekali wisatawan yang meremehkan vaksinasi ini. Padahal hal itu sangat penting dan wajib hukumnya untuk mencegah penyakit meningitis," ujarnya di sela diskusi media bertema "Saatnya Bekali Diri untuk Lindungi Bangsa, Cegah Meningitis" di Surabaya, Rabu. Saat ini, vaksinasi meningitis masih sering dilakukan oleh para jamaah calon Haji dan Umroh. Namun, yang kerap dilupakan bahwa vaksinasi ini seharusnya berlaku bagi calon wisatawan ke wilayah endemik meningitis. Beberapa negara endemik diantaranya Arab Saudi, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Australia, Selandia Baru dan beberapa negara lainnya. Vaksinasi diberikan paling lambat 10-14 hari, sedangkan kekebalan bertahan selama 2-3 tahun. "Penyakit ini dapat menyebabkan kematian, bahkan setelah pasien mendapatkan perawatan. Sehingga tindakan preventif menjadi salah satu upaya terbaik, mengingat penyakit ini dapat menyebar dengan cara sederhana," kata dokter yang juga Satgas Imunisasi Dewasa tersebut. Cara penularan penyakit ini diantaranya melalui kontaminasi toilet, saling berpinjam barang, tangan yang tidak dicuci setelah buang air besar atau sekret pernafasan dari orang yang terinfeksi. "Meningitis menjadi semakin berbahaya karena sebagian besar kasus ini menimpa orang sehat dan tanpa adanya faktor resiko yang teridentifikasi," kata Gatot. Sementara itu, dalam rangka Hari Meningitis Sedunia yang jatuh setiap 24 April, perusahaan yang bergerak di bidang vaksinasi, PT Novartis Indonesia juga meluncurkan kampanye pendidikan berupa diskusi media untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya meningitis. Presiden Direktur Novartis Indonesia, dr. Luthfi Mardiansyah mengatakan kampanye ini menjadi bagian dari solusi nasional untuk melawan penyebaran meningitis. Ia mengingatkan, tanpa vaksinasi maka calon jamaah Haji dan wisatawan berisiko tinggi tertular. "Pada 2012, Indonesia mengirim jamaah Haji sekitar 221 ribu orang. Pada saat haji dan umroh, situasi berdesakan dapat meningkatkan resiko tertularnya meningitis. Jamaah juga dapat membawa penyakit tersebut walaupun tanpa gejala ketika ia kembali ke Tanah Air," katanya. Ia menjelaskan, data dari WHO pada 2010, menujukkan sebanyak 400 juta orang terinfeksi bakteri meningitis, dengan tingkat kematian berkisar di 25 persen. Selain jamaah Haji dan Umroh, kelompok yang paling rentan terserang virus ini adalah wisatawan dan calon pelajar yang hendak ke luar negeri. Penyakit meningitis disebabkan infeksi meningokokus. Infeksi itu menyerang selaput otak serta sumsum tulang belakang dan berdampak negatif dengan sangat cepat berujung pada kematian. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013