Oleh Arie Novarina
(Jakarta/ANTARA) - Bagi Topan (Vino G. Bastian) dan istrinya Tami, impian sesederhana memiliki usaha jahitan yang maju dan menyekolahkan anak semata wayang mereka, Bintang (Jefan Nathanio), ke sekolah bagus.
Namun sejak kematian Tami, Topan seperti kehilangan segalanya, termasuk semangat dan seluruh hartanya.
Bahkan mesin jahit tua yang digunakan untuk mencari nafkah pun terpaksa dijual demi menyambung hidup bersama anaknya.
Topan yang kehilangan pekerjaan pun kemudian terusir dari kontrakan dan terpaksa harus membawa anaknya tinggal bersama sepupu mereka, Darman (Ringgo Agus Rahman), yang tinggal di rumah sempit dengan empat anaknya.
Dalam kondisi terpuruk akibat kehilangan pekerjaan dan istrinya itulah, Topan kemudian "menyerahkan" nasibnya kepada Darman, yang membawanya ikut bekerja sebagai calo tiket kereta di stasiun.
Namun menjadi calo tiket adalah pekerjaan yang cukup berbahaya, membuat Topan tertangkap oleh petugas keamanan stasiun.
Setelah tidak menjadi calo, Topan bekerja serabutan, termasuk menjadi kuli bangunan dan pemeran pengganti dalam film untuk menyambung hidup bersama anaknya, terutama setelah perselisihan anaknya dengan anak Darman kembali membuat bapak-anak itu menjadi gelandangan.
Di tengah segala kesulitan untuk mencari nafkah itu, munculah "gangguan" lain berwujud Prita (Marsha Timothy), pemilik usaha fotocopy sekaligus penitipan anak di stasiun yang suka didatangi Bintang untuk melihat ikan dalam akuarium.
Setelah sempat bersitegang karena Topan menolak membayar biaya penitipan anak kepada Prita, nasib mempertemukan mereka lagi.
Prita kemudian memberikan Topan referensi untuk bekerja di perusahaan konveksi milik pamannya.
Namun bekerja di perusahaan konveksi ternyata tidak serta merta membuat masalah hidup Topan menghilang. Ia harus kembali menelan pil pahit, difitnah oleh mandor yang korup dan dipecat.
Jalinan cerita dalam drama "Tampan Tailor" produksi Maxima Pictures seperti memberikan gambaran kondisi ketenagakerjaan Tanah Air saat ini, dimana keterampilan saja tidak cukup untuk mendapat pekerjaan.
Film berdurasi dua jam garapan sutradara Guntur Soeharjanto itu juga menampilkan perjuangan seseorang yang sebenarnya tidak mudah menyerah namun dipaksa menyerah oleh keadaan.
Pemilihan tema yang cukup unik, tentang seorang penjahit, lebih spesifik lagi penjahit jas, menjadikan film ini berbeda dengan film drama lainnya.
Sang aktor utama, Vino Bastian, mengaku cukup lama melakukan pendalaman karakter untuk membawakan perannya, termasuk belajar menjahit kepada pemilik usaha jahit Harry Palmer yang menjadi inspirasi dari film terebut.
Vino bahkan membawa mesin jahit "engkol" yang digerakkan menggunakan kaki--yang digunakan di film itu-- ke rumahnya untuk latihan.
Dan hasilnya memang cukup meyakinkan. Adegan menjahit dalam film itu tidak banyak, tapi Vino tidak terlihat kaku saat memegang kapur jahit dan penggaris kayu untuk menggambar pola jas.
Sebagai film keluarga, "Tampan Tailor" cukup menghibur dan memberikan pesan perjuangan yang mungkin banyak dibutuhkan oleh orang-orang yang sedang berjuang untuk mencari pekerjaan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013