Diakui atau tidak, kemelut di tubuh Partai Demokrat tidak luput dari tersungkurnya kepercayaan masyarakat kepada partai itu. Anas Urbaningrum selaku Ketua Umum pun harus menanggung risiko atas merosotnya citra "partai presiden" itu. Ia mundur setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Boleh saja Anas Urbaningrum tidak mau disalahkan sendirian, karena buktinya banyak kader Demokrat yang menyumbang aksi "terjun bebas" partai berlambang segitiga "mercy" itu, sebut saja Nazarudin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, dan sebagainya.
Namun, Anas tetap harus berbesar hati menerima realitas sebagai orang nomer satu yang harus "mengalah" pada bergulirnya Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Bali, 30 Maret 2013. Begitulah politik, siapa suruh jadi politisi?!
Masalahnya kembali kepada ikhtiar mengembalikan citra partai. Dan, 33 Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat se-Indonesia pun sukses mengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi ketua umum, bahkan kesepakatan memosisikan SBY dari "Majelis Tinggi" PD ke "ketua umum" itu sudah dilakukan sepekan menjelang KLB melalui pertemuan di Cikeas (24/3). Kini SBY betul-betul menjadi ketua umum.
"Tidak ada yang menolak SBY. Keinginan menjadikan SBY sebagai ketua umum hingga kongres 2015 itu bersifat 'ad hoc' untuk soliditas partai," ucap Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo yang juga anggpta Dewan Pembina DPP PD (26/3).
Boleh dibilang, kepemimpinan SBY dalam kurun 2013-2015 merupakan "orde darurat" untuk satu target, yakni mengulang kejayaan Partai Demokrat pada Pemilu dan Pilpres 2009 untuk 2014, tapi apa betul bisa sejaya itu?
Agaknya, realitas dan hasil KLB itu justru membuktikan PD tidak siap menyongsong Pemilu dan Pilpres 2014, karena tergantung kepada satu figur!
Dengan bergantung kepada SBY, maka PD tidak akan pernah siap dengan "kaderisasi", padahal sang "figur tunggal" itu dalam posisi "jarak jauh" akan lebih leluasa menata "masa depan" PD hingga benar-benar siap!
Solusinya, sang presiden sendiri yang harus "menata" PD dengan me-manaj dari "luar ring". Saran juga sudah ada dari hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) untuk nama paling kuat menjadi Ketua Umum PD yakni non-kader!.
Dari 1.230 responden yang dimintai pendapatnya, LSN mencatat "tiga besar", yakni Dahlan Iskan (24,2 persen), disusul Mahfud MD di posisi kedua, dan Ani Yudhoyono di posisi ketiga.
Ya, tinggal pilih, Dahlan, Mahfud, atau Ani. Tapi, semuanya sudah usai, semoga hancurnya Kerajaan Majapahit dengan patih sekaliber Gajah Mada tidak terulang.... (Gajah Mada memberikan pelajaran maha penting: lakukan kaderisasi sekarang juga!). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013