Jember - Cabai rawit memicu inflasi Kabupaten Jember yang mencapai 1,17 persen pada Januari 2013 karena harga komoditas tersebut cukup tinggi di kabupaten setempat. "Selain cabai rawit, inflasi Jember juga dipicu oleh naiknya harga daging sapi, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat sayur dan jasa perguruan tinggi, dan beras," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Wahyudi, Selasa. Angka inflasi di Jember merupakan terbesar ke-33 dari 66 kota di Indonesia dan terbesar ketiga dari tujuh kota yang dihitung inflasinya di Jatim, dengan inflasi tertinggi di Sumenep 1,54 persen, diikuti oleh Madiun 1,39 persen, Jember 1,17 persen, Kediri 1,05 persen, Probolinggo 1,02 persen, Malang 0,94 persen, dan inflasi terendah terjadi di Surabaya 0,89 persen. "Kelompok penyumbang tertinggi angka inflasi Jember yang mencapai 1,17 persen adalah bahan makanan, kemudian kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga," katanya. Sementara Deputi Pemimpin Bank Indonesia Jember Bidang Ekonomi Moneter, Dwi Suslamanto, mengatakan inflasi tertinggi dialami oleh bahan makanan yang mencapai 3,07 persen terutama sub kelompok bumbu-bumbuan yang meningkat menjadi 12,75 persen dan daging sebesar 8,63 persen. "Naiknya harga daging ayam dipicu oleh kondisi musim yang kurang kondusif dan wabah bakteri, sehingga menyebabkan kematian ayam pedaging dan stok menurun di pasaran sejak pertengahan bulan lalu," tuturnya. Untuk daging sapi, lanjut dia, kebijakan ketatnya impor daging sapi menyebabkan terbatasnya stok daging di daerah dan ditengarai banyak pedagang yang menjual daging sapinya ke luar Jember karena harganya lebih tinggi. Selain itu, kata Dwi, kelompok barang yang mengalami perubahan harga cukup besar lainnya adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang meningkat sebesar 2,17 persen. "Sub kelompok pendidikan biaya pendidikan akademi atau perguruan tinggi mengalami perubahan harga meningkat sebesar 8,41 persen, biaya pendidikan SMA mengalami kenaikan sebesar 5,15 persen dan biaya pendidikan sekolah dasar mengalami peningkatan sebesar 2,50 persen," paparnya. Menurut dia, beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi dan perlu diwaspadai pada bulan depan antara lain anomali musim dengan peningkatan curah hujan, ekspektasi kenaikan upah minimum kabupaten (UMK), kenaikan tarif dasar listrik (TDL), dan cukai rokok akhir tahun 2012.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013