Pamekasan - Akademisi Pamekasan, Madura, Drs Abu Bakar Basyarahil, menyarankan agar ulama sebaiknya mereposisi peran politik, dari sebelumnya pada "low politic" atau politik tingkat rendah menuju "high politic" atau politik tingkat tinggi.
"Ini saya kira penting dilakukan, mengingat selama ini, peran politik ulama masih dalam tataran 'low politic' sehingga cenderung terjebak pada dukung mendukung pasangan calon tertentu, dan ini jelas akan berimbas pada kepercayaan publik," katanya kepada ANTARA, Minggu.
Idealnya, kata dia, peran politik ulama tidak hanya pada tingkat politik rendah, akan tetapi pada tataran politik yang lebih tinggi. Sebab, ulama sejatinya adalah sekelompok tokoh moral yang diharapkan menjadi panutan masyarakat, termasuk panutan pemegang kebijakan politik.
Peran ulama pada tingkat politik rendah atau "low politic" dengan cara terlibat secara langsung dalam praktik dukung mendukung kepentingan kelompok politik tertentu, berpotensi mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap ulama itu sendiri.
"Dan apabila ini terus terjadi, maka ulama sebagai kekuatan politik moral, lambat laun akan terus terkikis," katanya menjelaskan.
Di satu sisi, kata dia, banyaknya ulama yang terjun secara langsung dalam kegiatan politik dukung mendukung pada kelompok kepentingan politik tertentu itu, memang akan membuka wawasan kepada masyarakat untuk lebih bersikap mandiri dalam menentukan pilihan politiknya.
Sehingga, sambung Abu Bakar, masyarakat tidak lagi terpengaruh oleh imbauan ulama untuk mendukung kelompok kepentingan politik tertentu, saat para ulama ini menyalurkan aspirasi politiknya dalam kelompok yang berbeda-beda.
"Hanya saja, dampaknya para ulama ini akan dipandang sebelah mata," kata Abu Bakar menambahkan.
Salah satu kasus yang menyebabkan turun pamor ulama ketika terlibat dalam praktik dukung mendukung kekuatan politik tertentu adalah pada pilkada Pamekasan yang digelar pada 9 Januari 2013.
Di Pamekasan, sebagian besar ulama menyatukan tekad dan dukungan kepada pasangan calon bupati KH Kholilurrahman-Masduki (Kompak) dengan salah satu alasan karena calon ini memiliki visi dan misi penguatan nilai moral agama. Meskipun tidak sedikit pula ulama yang menetapkan dukungan terhadap pasangan calon bupati Achmad Syafii-Kholil Asy'ari (Asri) dengan salah satu alasan karena didukung oleh partai Islam.
Namun fakta politik yang terjadi, pencitraan yang disampaikan kepada publik bahwa "Kompak" didukung oleh mayoritas ulama justru kurang berguna dan masyarakat justru lebih memilih cabup/cawabup "Asri".
"Nah fakta politik seperti ini harus menjadi evaluasi bersama para ulama. Salah satunya dengan cara mengubah peran politiknya ke tingkatan yang lebih tinggi dan tidak terjebak pada politik dukung-mendukung," kata dosen ilmu politik Universitas Madura (Unira) Pamekasan ini menambahkan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013