Bojonegoro - Bagi anda yang sudah bosan menyantap menu makanan di hotel berbintang yang tempatnya mewah dan harganya selangit, silahkan mencoba menu belut bakar buatan Muryati (52), warga Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, Jawa Timur. Menu belut bakar itu, tidak hanya harganya murah membumi, juga lokasi warung Muryati cukup alami, berada di pelosok desa, di tengah-tengah kebun salak miliknya di desa setempat. "Saya berjualan belut bakar baru tiga tahun lalu, tapi kalau berjualan nasi pecel sudah lama," kata Muryati, ketika ditemui di dapurnya. Ide gagasan membuka warung di rumahnya sendiri itu, menurut Muryati, dilakukan setelah dirinya merasa tidak berkembang kalau hanya bekerja sebagai buruh tani. "Saya berpikir menjadi buruh tani selalu kepanasan, kemudian nekad membua warung, meskipun lokasinya di pelosok desa," paparnya. Berangkat dari pemikiran itu, Muryati kemudian membuka warung nasi pecel, yang kemudian ditambah dengan menu belut yang pada awalnya hanya berupa pepes, untuk tambahan sayur asem. "Awalnya saya hanya bisa menjual 0,25 kilogram belut untuk dipepes. Tapi, sekarang dengan menu belut bakar, bisa 25 kilogram belut per hari, dengan pembeli tidak hanya lokal, tapi juga Gresik, Lamongan dan Surabaya," katanya, mengungkapkan. Mengenai bahan baku belut tidak sulit diperoleh, sebab di Desa Mojoranu, Kecamatan Dander yang bersebelahan dengan desanya, ada pengepul belut liar yang diperoleh di persawahan atau tempat lainnya."Saya sudah langganan belut, setiap hari sudah ada yang memasok," ucapnya. Dengan demikian, jelasnya, menu belut bakar, di warungnya selalu tersedia, meskipun pada waktu tertentu bisa saja menu belut kosong karena pengaruh kemarau."Kalau menu belut liar kosong saya membeli di pasar, tapi jarang sekali," ujarnya. Belut Liar Ia menjelaskan rasa belut liar yang diperoleh pencari belut di areal persawahan juga tempat lainnya, rasanya berbeda dibandingkan dengan belut peliharaan yang biasa dijual di pasar. "Belut liar rasa dagingnya gurih dan 'keset', tapi kalau belut peliharaan dagingnya 'mblenyek'," jelasnya. Meracik menu belut bakar, menurut Eko, anak Muryati yang bertugas membakar belut, prosesnya tidak sulit yaitu belut dibakar di atas bara api dari kayu, kemudian dipotong-potong, baru kemudian digoreng. Mengapa dibakar? Muryati beralasan' belut yang dibakar rasa amisnya akan hilang, selain aromanya juga berbeda, jika dibandingkan dengan belut yang hanya digoreng. "Tapi kami juga menyediakan belut goreng, bagi pembeli yang tidak suka belut bakar," ucapnya. Pelengkap menu belut bakar di warung Muryati yaitu sambal terasi dengan lalapan kemangi dan tambahan lauk kerupuk. Menyantap menu belut bakar, juga bisa dilakukan langsung di dalam warung, juga bisa memilih tempat lainnya, dengan duduk lesehan di antara kebun salak. Di warung setempat, harga menu belut bakar, sudah termasuk nasi yang ditempatkan di bakul bambu dan sambal terasi lengkap dengan kemangi, ditambah minuman hanya Rp10 ribu/porsi. Bahkan, tambah Supardi (60), suami Muryati, pembeli bisa mendapatkan hidangan tambahan yang tidak masuk perhitungan yaitu buah salak yang diberikan secara gratis. Di lingkungan warung setempat, sedikitnya ada 100 pohon salak, yang menjadikan suasana warung milik Muryati menjadi semakin alami. "Kami tidak pernah menjual salak hasil kebun kami, semuanya saya gratiskan. Hanya waktunya tertentu, tidak pasti setiap hari ada," jelas Supardi, dengan nada bangga. Bagaimana pembeli tahu lokasi warung setempat? Menurut Muryati, juga Supardi, berawal dari para tentangganya sendiri yang pernah mencicipi makanan di warungnya, kemudian memberitahukan kepada temannya di kota. "Kira-kira begitu, kemudian berkembang dikenal konsumen dari luar daerah," ujarnya.Padahal, mencapai warung Muryati membutuhkan perjuangan yang serius, sebab lokasinya berada di pelosok pedesaan, sejauh sekitar 8 kilometer dari Kota Bojonegoro. Menemukan warung Muryati tidak mudah, sebab tidak ada petunjuk pasti, tapi kalau sudah mencapai Pasar Mojoranu, Kecamatan Dander, warga di daerah setempat dengan ramah akan memberi tahu lokasi warung belut bakar.Meskipun Desa Bendo, masuk Kecamatan Kapas, tapi ditempuh dari Desa Mojoranu lebih mudah, hanya berjarak tidak lebih 1 kilometer dari Pasar Desa Mojoranu. "Warung belut bakar, silahkan masuk jalan paving itu, nanti banyak pohon salak silahkan masuk," jelas seorang warga kepada ANTARA, meskipun tidak ditanya mengenai lokasi warung belut bakar Muryati. (blok_cepu2007@yahoo.co.id/Slamet Agus Sudarmojo). (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013