Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta, Rabu, bergerak menguat 26 poin atau 0,16 persen menjadi Rp16.665 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.691 per dolar AS.
Penguatan kurs rupiah diiringi data ekonomi AS yang lesu sebagai dampak penutupan pemerintahan AS.
“Data pasar tenaga kerja dan sektor riil menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap lesu pada November 2025,” ucap Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Tercatat, data Non-Farm Payrolls (NFP) AS menyusut sebesar 105 ribu pada Oktober 2025, membalikkan peningkatan sebesar 108 ribu pada bulan sebelumnya, sebelum pulih sedikit dengan melonjak 64 ribu pada November 2025.
Secara keseluruhan, NFP turun bersih sebesar 41 ribu selama Oktober-November 2025, jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan peningkatan sebesar 25 ribu.
Tingkat pengangguran AS juga disebut mengalami kenaikan menjadi 4,6 persen pada November 2025 dari 4,4 persen pada September 2025, melebihi perkiraan konsensus sebesar 4,5 persen.
Angka-angka pasar tenaga kerja ini, lanjut dia, menggarisbawahi dampak buruk penutupan pemerintah terhadap ekonomi AS.
Indikator lain lebih lanjut menunjukkan momentum ekonomi yang melemah, dengan penjualan ritel AS pada Oktober 2025 bergerak stagnan di 0,0 persen month to month (mom), turun dari 0,1 persen mom sebelumnya dan di bawah ekspektasi peningkatan 0,1 persen mom.
Di sisi lain, investor berhati-hati jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada hari ini.
“BI dijadwalkan mengumumkan hasil RDG BI hari ini, dan kami memperkirakan suku bunga kebijakan akan dipertahankan di 4,75 persen, mencerminkan sikap hati-hati yang berkelanjutan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas rupiah. Oleh karena itu, kami memperkirakan rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran Rp16.625–Rp16.725 per dolar AS selama sesi perdagangan hari Rabu,” ungkap Josua.
Editor : Vicki Febrianto
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025