Yang turun adalah volume ekspor migas dan harga komoditas migas. Sementara ekspor nonmigas masih tumbuh positif
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 yang hanya sebesar 5,05 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau menunjukkan tren perlambatan karena berlanjutnya kontraksi pada kinerja ekspor dan melambatnya pertumbuhan investasi atau Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen secara tahunan (year on year/yoy) itu lebih lambat dibandingkan dengan pencapaian pada periode sama tahun lalu yang sebesar 5,27 persen (yoy) ataupun pencapaian kuartal I 2019 yang sebesar 5,07 persen (yoy).

Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, mengatakan kontribusi ekspor masih tertekan, karena turunnya volume dan harga komoditas ekspor di pasar global, serta perlambatan perekonomian beberapa negara mitra dagang yang mempengaruhi permintaan.

Di kuartal II 2019 pertumbuhan ekspor tercatat minus 1,81 persen (yoy), padahal pada kuartal II 2018 ekspor masih tumbuh 7,65 persen (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan ekspor di paruh kedua tahun ini menunjukkan perbaikan dibanding pertumbuhan minus 1,87 persen (yoy) pada kuartal I 2019.

"Yang turun adalah volume ekspor migas dan harga komoditas migas. Sementara ekspor nonmigas masih tumbuh positif," ujar dia.

Ekspor migas pada kuartal II 2019 anjlok hingga minus 30,85 persen (yoy) atau jauh lebih dalam dibandingkan kuartal I 2019 yang minus 9,33 persen (yoy). Pada kuartal II 2018, ekspor nonmigas masih bisa tumbuh positif di 4,81 persen (yoy).

Sementara ekspor nonmigas membaik dengan pertumbuhan 2,17 persen (yoy), dari kontraksi 0,65 persen pada kuartal I 2019. Meskipun demikian, ekspor nonmigas masih tumbuh melambat jika dibandingkan kuartal II 2018 yang sebesar 8,51 persen (yoy). Sedangkan ekspor jasa masih tumbuh di 0,27 persen (yoy).

Sedangkan untuk pembentuk pengeluaran pertumbuhan ekonomi Indonesia dari investasi atau PMTB di kuartal II 2019 menunjukkan nyaris seluruh sektor tumbuh lebih lambat dibandingkan kuartal II 2018, kecuali investasi bangunan.

Secara keseluruhan investasi di kuartal II 2019 hanya naik 5,01 persen atau lebih lambat dibandingkan kuartal I 2019 yang sebesar 5,03 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kuartal II 2018 yang sebesar 5,85 persen.

"Hanya komponen investasi bangunan pada kuartal II 2019 yang lebih baik dari kuartal II 2018 yakni tumbuh 5,4 persen dibandingkan 5,02 persen, sedangkan sektor mesin-perlengkapan, kendaraan, peralatan lainnya, CBR, dan produk kekayaan intelektual tetap tumbuh tapi lebih lambat," ujar dia.

Selain ekspor dan investasi, komponen pengeluaran untuk pertumbuhan ekonomi lainnya tumbuh positif, seperti konsumsi rumah tangga, dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga menjadi sumber tertinggi pertumbuhan ekonomi dengan andil 2,77 persen. Adapun konsumsi rumah tangga di kuartal II mencapai 5,17 persen (yoy), dan konsumsi pemerintah bertumbuh 8,23 persen.

Dengan pertumbuhan di kuartal II 2019 secara tahunan sebesar 5,05 persen, maka secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 sebesar 4,2 persen (kuartal ke kuartal/q-t-q). Sedangkan untuk semester I 2019, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,06 persen.

Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen, maka produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku kuartal II 2019 tercatat Rp3.963, triliun, dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.753,2 triliun.

Baca juga: BPS: Pertumbuhan ekonomi kuartal II capai 5,05 persen

 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019