Ini merupakan gema dari gerakan berani tes HIV dan suatu tindakan nyata untuk mencapai target Fast Track
Jayapura (ANTARA) - Jayapura International AIDS conference (JIAC)/konferensi internasional AIDS Jayapura yang dibuka Rabu, menghadirkan empat pembicara dari luar negeri.

Keempat pembicara itu masing-masing Dr Shailendra Sawleshwarkar dari Unversity of Sydney, Caroline Francis, ahli antropologi budaya dari Universitas Victoria, Kanada.

Kemudian Danielle Somers B, ahli kesehatan masyarakat dari Australia dan Krittayawan (Tina) Boonto, dari UNAIDS.

Selain pembicara dari luar negeri, pembicara dalam momentum akbar ini juga dari dalam negeri yakni Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, dr. Antari Ni Nyoman, dan Prof. DR. Zubairi Djoerban.

Selain penyampaian materi dalam kegiatan ini, ada juga pembagian kelompok-kelompok diskusi yang dipandu sejumlah dokter.

Turut hadir dalam konferensi itu para bupati se-Papua, DPR Papua, sejumlah pejabat di lingkup Pemerintah Kota Jayapura dan Provinsi Papua, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, para ODHA serta simpatisan lainnya.

Ratusan masyarakat umum dari berbagai daerah serta kalangan muda dan anak-anak sekolah juga hadir sebagai peserta dalam konferensi tersebut.

Momentum akbar ini berlangsung selama empat hari yakni sejak Rabu (30/7) hingga Sabtu (3/8) di salah satu hotel  di Kota Jayapura.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano dengan menabuh tifa bersama pemateri.

Ketua Panitia pelaksanaan konferensi Ni Nyoman Sri Antari menyatakan JIAC merupakan puncak gebrakan program HIV di Kota Jayapura dengan mengusung tema Together to Figth HIV Toward 3 Zero (zero new HIV infection, zero AIDS related death, zero discrimination), dan sub tema Gerakan berani tes HIV di Kota Jayapura.

"Ini merupakan gema dari gerakan berani tes HIV dan suatu tindakan nyata untuk mencapai target Fast Track dan menjangkau orang-orang yang tertinggal yang belum mengetahui status HIV-nya," ujar Ni Nyoman.

Menurut Ni Nyoman, sebagian besar orang asli Papua yang masih belum mengakses pengobatan.

"Jadi kita minimal menemukan 90 persen dari estimasi kita di Kota Jayapura sekitar 9.245 kasus yang harusnya kita temukan, jadi kita harus mengejar itu," katanya.

​​​​Ia menambahkan, dari kasus yang ditemukan, paling tidak 90 persen harus berikan obat, dan tidak cukup memberikan obat tetapi harus bertahan minimal 90 persen.

"Kota Jayapura masih harus bekerja keras untuk mencapai itu," katanya.

Baca juga: Pers dinilai penting dalam sosialisasi penyakit HIV/AIDS
Baca juga: 2.299 warga Papua meninggal terinfeksi HIV/AIDS
Baca juga: Dinkes Papua sebut empat daerah dengan kasus HIV/AIDS tinggi


Pewarta: Musa Abubar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019