Pembangunan kawasan perbatasan bukan hanya untuk gagah-gagahan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan dengan menciptakan embrio pusat pertumbuhan baru di kawasan perbatasan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendorong penyelesaian pembangunan jalan perbatasan Indonesia–Papua Nugini dari Merauke hingga Jayapura di Provinsi Papua sepanjang 1.098 kilometer.

“Pembangunan kawasan perbatasan bukan hanya untuk gagah-gagahan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan dengan menciptakan embrio pusat pertumbuhan baru di kawasan perbatasan,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.

Pembangunan jalan merupakan perwujudan Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla dalam membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan serta membuka keterisolasian daerah terpencil, mengurangi biaya kemahalan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Salah satu ruas jalan perbatasan yang dikerjakan adalah Jalan Oksibil–Towe Hitam–Ubrup–Jayapura sepanjang 5,52 kilometer. Pekerjaan pembangunan mulai dari KM 15.5 hingga KM 21.2 di Kabupaten Pegunungan Bintang.

Tantangan dalam pembangunan jalan perbatasan di Papua adalah kondisi alam yang masih berupa hutan, pegunungan, dan cuaca. Disamping itu ketersediaan material konstruksi juga terbatas di Papua.

“Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap mengingat medan yang dilalui sangat berat karena harus melintasi pegunungan terjal, menembus hutan yang sangat sulit untuk para pekerja konstruksi dan mobilisasi alat kerja,” kata Menteri Basuki.

Paket ini dikerjakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya (persero) dengan biaya yang bersumber dari APBN sebesar Rp108,5 miliar melalui skema tahun jamak kontrak. Masa pelaksanaannya 376 hari sejak awal tahun 2018 dengan masa pemeliharaan hingga 27 September 2019.

Baca juga: Pembangunan di Nduga tidak berhenti pascapenembakan Pratu Usman
Baca juga: PLN Papua harap Jokowi lanjutkan pembangunan infrastruktur jalan


Pembangunan jalan baru dilakukan dengan peninggian badan jalan menggunakan tanah di sisi jalan. Ruas ini memiliki lebar badan jalan 7 meter dengan lebar bahu sisi kanan kiri masing-masing 2 meter.

Kendati kondisinya masih jalan tanah, keberadaan jalan baru ini telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat perbatasan di Papua. Waktu tempuh antar pusat ekonomi wilayah yang semula dalam bilangan minggu karena harus berjalan kaki, semakin singkat menjadi hitungan hari karena dapat dilintasi kendaraan.

Apabila jalan sudah semakin baik kondisinya, maka waktu tempuh akan semakin singkat dalam hitungan jam. Jalan ini juga merupakan jalan perintis yang menghubungkan distrik Limarum dengan Kota Oksibil.

Beroperasinya ruas jalan ini sangat diharapkan akan memperlancar konektivitas antar pusat ekonomi wilayah sehingga memudahkan transportasi barang dan manusia yang diyakini dapat berdampak pada penurunan harga barang dan jasa. Disamping itu juga memperkuat teritorial perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini.

Sebelumnya pembangunan jalan perbatasan ruas Sota – Erambu – Bupul sepanjang 111 kilometer saat ini kondisinya sudah 100 persen teraspal. Selanjutnya pada ruas Bupul – Muting sepanjang 38 kilometer dan ruas Muting – Boven Digoel sepanjang 195 kilometer juga sudah teraspal sehingga bisa dengan mudah dilalui kendaraan.

Dari total jalan perbatasan dari Merauke – Jayapura sepanjang 1.098 kilometer, hingga akhir tahun 2018 sudah tersambung 919 kilometer.

Baca juga: PJN sebut pembangunan Trans Papua libatkan pengusaha asli Papua
Baca juga: Kementerian PUPR lanjutkan pembangunan Jalan Trans Papua
Baca juga: Presiden tegaskan pembangunan jalan Papua berlanjut

 

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Apep Suhendar
Copyright © ANTARA 2019