Bogor (ANTARA) - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dapat atasi kekeringan cegah potensi kerugian panen dengan estimasi awal hampir sekitar Rp3 triliun.

"Kita berusaha menghitung akibat kegagalan panen, ini masih dalam bentuk proposal, akibat kegagalan panen ini berapa kerugian negara kita, itu perkiraannya hampir mencapai Rp3 triliun dan karenanya harus dicari jalan bagaimana atasi kekeringan itu, salah satunya adalah dengan membuat hujan buatan," kata Hammam kepada wartawan, Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Dia mengatakan lahan sawah banyak tersebar di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat dibanding daerah lain di Indonesia, yang mana sudah ada daerah dan ada yang berpotensi terancam kekeringan. Oleh karena itu, teknologi modifikasi cuaca dapat menjadi langkah preventif untuk mengatasi masalah kekeringan yang muncul agar tidak terjadi kegagalan panen. Jika kekeringan melanda di banyak wilayah pertanian padi, maka dikhawatirkan produksi padi akan turun drastis.

Dia mengatakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah menyampaikan kepada BPPT untuk penggunaan TMC dalam mengatasi kekeringan untuk menghindari kegagalan panen.

"Waktu itu Pak Mendes (Menteri Desa) sudah menyampaikan agar BPPT menyiapkan proposal dan memaparkan ini ke Kementerian Pertanian, tapi belum ketemu, saya lagi menunggu tindak lanjutnya," tuturnya.

Teknologi modifikasi cuaca dapat mengatasi kekeringan dengan membuat hujan buatan, sehingga menjadi solusi bagi daerah-daerah untuk terhindar dari kekeringan.

"Kalau kita mau menyelamatkan sekian triliun rupiah akibat gagal panen dan kita bisa mengalokasikan biaya dalam arti membuat hujan buatan dan mengatasi kekeringan itu, sehingga risiko gagal panen itu juga berkurang," ujarnya.

Sebelumnya, Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyatakan seluas 11.000 hektare sawah yang ditanami padi sudah mengalami kekeringan di musim kemarau ini dan itu diperkirakan akan terus bertambah.

"Secara keseluruhan yang mengalami kekeringan itu sudah ada 11.000 hektare," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Indramayu Ahmad Yani di Indramayu, Rabu.

11.000 hektare sawah yang mengalami kekeringan itu terbagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat.

Di mana yang mengalami kekeringan ringan yaitu seluas 4.000 hektare, kekeringan sedang 5.000 hektare dan kekeringan berat 1.300 hektare.

"Sementara 200 hektare lainnya sudah puso atau gagal panen akibat kekeringan," tuturnya.

Baca juga: BPPT siapkan TMC untuk menanggulangi kekeringan di sejumlah daerah
Baca juga: Mentan siapkan empat skema cegah kerugian petani
Baca juga: Mentan : luas lahan kekeringan turun 102.000 hektare





 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019