Jakarta (ANTARA) - Bagi banyak orang, akhir pekan merupakan hari bahagia dan saat yang tepat berlibur bersama keluarga tercinta, tapi tidak bagi Daryati bersama ratusan orang yang bertempat tinggal di Jalan Jati Bunder, RT16 Kelurahan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Pagi Minggu 30 Juni 2019  menjadi cerita kelam Daryati dan beberapa tetangganya karena kebakaran hebat menghanguskan rumah dirinya serta 63 rumah lainnya.

Subuh Minggu ketika kejadian, perempuan kelahiran 56 tahun silam itu sangat panik, ia dan suami harus menyelamatkan cucu yang masih berusia dua tahun dan mertua perempuan yang sudah lanjut usia saat api mulai menjalar ke rumahnya.

Dia tidak sempat menyelamatkan satu pun hartanya, kalau bisa dikatakan harta, maka satu-satunya milik Daryati yang selamat dari musibah kebakaran yakni baju yang ia pakai.

Saat bercerita, Daryati terlihat mengenakan kaos hitam, bercelana pendek warna biru yang sudah ia pakai sejak selamat dari kebakaran.

Beberapa sertifikat penting, administrasi kependudukan dan peralatan elektroniknya hangus bersama rumah berlantai dua milik Daryati.

Rumah Daryati tepat berada di sebelah kanan dari bangunan yang diduga sumber api. Bahkan dinding dari rumah perempuan yang telah menetap belasan tahun di Jati Bunder itu berdempetan langsung dengan rumah sumber api.

"Saya ingat si bapak membangunkan sekitar pukul 04.30 WIB, ada api yang menjalar ke rumah, kami panik, bapak langsung menggendong ibu yang sudah tua dan saya menggendong cucu, kami hanya tinggal berempat," kata Daryati yang mulai pasrah menerima musibah tersebut.

Kini ia tidak punya apa-apa lagi, cucu perempuannya pun bahkan tak memiliki baju selembar pun, beruntung ada tetangga memberikan baju bekas agar bisa dipakai sang cucu.

Harapan Daryati tak muluk, hanya kebutuhan pakaian pengganti dan terpal agar bisa berteduh di puing-puing sisa rumahnya.

"Kalau makanan banyak, pemerintah sudah kasih, hanya saja saya butuh terpal, cucu saya menangis tinggal di tenda pengungsian, 'nek pulang nek, pulang' rengek cucuku, lihat di sini dia riang bermain, walau yang tersisa tinggal lantainya saja," ujarnya.

Duka juga terlihat dari wajah Sri Maryati (25) yang ikut menjadi korban kebakaran subuh Minggu itu.  Dengan berkaca-kaca, Sri berucap tidak menyangka musibah tersebut ikut menimpanya.

Sebenarnya ia bukan penghuni asli warga RT16. Sri baru saja mencoba peruntungan hidup di ibu kota dan memutuskan mengontrak di permukiman yang kini ludes terbakar.

"Memang tidak banyak barang-barang berharga milik saya, tapi ijazah, KTP dan kartu keluarga hangus semua, kini sudah tak punya apa-apa lagi," katanya.

Ia berharap pemerintah setempat mau memfasilitasi dirinya untuk pengurusan administrasi kependudukan, sehingga memudahkan Sri mulai menata hidup kembali.
 
Petugas berupaya memadamkan api kebakaran di RT16 Kelurahan Kebon Kacang Tanah Abang, Jakarta, Minggu, (30/06/2019). (Boyke Ledy Watra)


Kebakaran di Jalan Jati Bunder RT 16 Kelurahan Kebon Kacang Tanah Abang diperkirakan terjadi sekitar pukul 04.40 WIB.

Petugas mengerahkan 28 unit mobil pemadam untuk menjinakkan api, indikasi sementara penyebab kebakaran akibat korsleting listrik dari salah satu rumah warga

Sebanyak 66 bangunan warga dengan rincian yakni rumah sebanyak 34 bangunan, dan 32 toko hangus dilalap api.

Akibat kebakaran tersebut, 500 warga kehilangan harta benda dan tempat tinggal, mereka kini diungsikan sementara di tenda darurat dan masjid setempat.

Menurut Lurah Kebon Kacang, Aiman Abdul Latif, sudah ada dua tenda pengungsian untuk menampung warga yang ingin beristirahat, dan nanti akan ditambah lagi jika tenda tersebut tidak sanggup menampung korban kebakaran.

"Kita bersyukur tidak ada korban jiwa, ada dua orang luka ringan dan sudah mendapatkan pertolongan," katanya.

Baca juga: Tenda pengungsian korban kebakaran Tanah Abang dipindahkan

Pihak kelurahan  juga telah mendata kebutuhan warga terdampak kebakaran, untuk kebutuhan makanan bisa langsung dipenuhi sejak hari pertama sesaat setelah kebakaran.

Kini tinggal mengupayakan pakaian bagi warga, pakaian dan peralatan sekolah untuk siswa karena seluruhnya ikut hangus terbakar, serta selimut dan terpal.

"Kita juga sedang mengupayakan aliran listrik, air bersih juga toilet darurat, yang paling penting masyarakat terpenuhi kebutuhan utamanya dulu," ucapnya.

Aiman menaksir kerugian akibat kebakaran itu mencapai miliaran rupiah tetapi belum bisa menyampaikan jumlah pastinya sebab masih dalam pendataan.
Korban kebakaran di RT16 Kelurahan Kebon Kacang Tanah Abang memilih tetap bertahan di puing sisa rumahnya meski pada beberapa tempat terpasang garis polisi, Jakarta, Senin, (1/07/2019). (Boyke Ledy Watra)

​​​
Tanah Pemerintah

Warga terdampak kebakaran belum jelas apakah tetap akan menempati rumahnya yang terbakar atau direlokasi ke tempat baru.

Hal itu karena lokasi berdirinya bangunan rumah warga berada di atas tanah milik Dinas Pertamanan DKI Jakarta, para korban kebakaran tidak memiliki sertifikat hak milik untuk lahan tempat tinggalnya.

"Saya belum bisa menjawab apakah akan direlokasi atau tetap tinggal, nanti menunggu perintah yang di atas (Pemerintah DKI Jakarta)," kata Lurah Kebon Kacang, Aiman Abdul Latif.

Tetapi kalau memang ada kebijakan relokasi dari Pemerintah DKI Jakarta, maka Kelurahan Kebon Kacang siap memindahkan korban terdampak kebakaran ke lokasi yang baru.

"Kalau memang relokasi, kita tunggu perintah relokasinya ke mana, kita siap pindahkan warganya. Atau kalau bantuan pemulihan maka kita akan berupaya memulihkan korban," kata dia.

Baca juga: Korban kebakaran Tanah Abang enggan menempati tenda pengungsian

Sementara itu, salah seorang warga yang menjadi korban kebakaran Salestino (45) mengatakan tetap ingin bertahan, tidak mau direlokasi, ia lebih memilih membangun kembali rumahnya yang terbakar.

"Kami tidak mau pindah dari sini, ini memang tanah pemerintah, takutnya digusur (setelah kebakaran) dan tidak boleh bangun lagi." kata dia.

Menurut pria yang akrab disapa Tino itu, relokasi akan membuat kehidupan korban kebakaran semakin ruwet, karena baru akan bangkit dari keterpurukan malah ditambah bebannya dengan berbagai persoalan relokasi.

"Mengurus administrasi kependudukan, anak yang harus pindah sekolah, dan persoalan lain, kami berharap diizinkan tetap di sini," ujarnya.


Baca juga: Korban kebakaran di Tanah Abang harap masih bisa menempati lokasi

Baca juga: PLN perbaiki jaringan listrik terdampak kebakaran di Tanah Abang

 

Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2019