Mataram (ANTARA) - Bagi  orang yang suka berswafoto sembari menikmati alam pegunungan pada malam hari, matahari terbit atau terbenam, sudah tidak asing mendengar nama Bukit Bintang, di Bandung, Jawa Barat.

Dari Bukit Bintang yang terletak di kawasan Bandung Utara atau tepatnya di Dago itu, pengunjung bisa melihat dari kejauhan kelap kelipnya lampu di Kota Bandung pada malam hari. Sehingga tidak heran, tujuan wisata itu menjadi terkenal selepas sering menjadi viral di media sosial.

Ternyata Bukit Bintang The Highland Of Bumi Parahyangan itu, ada juga di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Entah terinspirasi darimana warga setempat memberikan nama daerahnya sebagai bukit bintang. Apakah dari Kota Bandung atau justru dari daerah lainnya.

Terlepas dari mana nama itu, memang sah-sah saja, warga setempat menamakan sebagai bukit bintang.  Hal itu mengingat lokasinya yang berada di daerah ketinggian, dimana pengunjung bisa melihat dari jauh kelap kelip lampu Kota Mataram yang merupakan jantung Ibu Kota Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut.

Selain itu di sisi kanannya, terlihat kelap-kelip lampu dari perahu-perahu milik nelayan yang hendak berangkat melaut untuk beradu nasib di lautan lepas.

Lokasi wisata menarik  itu berada di Dusun Bengkaung, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. Di sanalah berdiri sejumlah rumah-rumah pohon yang persis dengan yang ada di Bukit Bintang di Kota Bandung itu. Memang terbilang ekstrem untuk mencapai lokasi tersebut dimana tanjakan di jalan aspal mulus itu harus dilalui menuju puncak Bukit Batu Layar.

Lokasinya berada di perbukitan yang hampir sejajar dengan jalan raya Senggigi. Bisa dikatakan, Bukit Batu Layar itu menjadi latar belakang dari pesona yang dimiliki oleh Pantai Senggigi. Di atas bukit itulah, mata pengunjung bisa melihat dengan leluasa ke seantero kaki bukit.

Jika melihat ke arah depan, akan terpampang Kota Mataram, di belakangnya jajaran perbukitan yang selalu diselimuti awan. Di kanannya, perbukitan yang menghalangi pemandangan ke arah Pantai Senggigi.

Memang keren tempatnya. Tidak salah jika lokasi itu dinamakan sebagai Bukit Bintang rasa Pulau Lombok. Rumah pohon yang dibangun oleh warga, mulanya membuat deg-degan pengunjung untuk melangkahkan kaki. Bagaimana tidak, titian yang terbuat dari bambu berada di lereng bukit menuju titik bundaran yang terbuat dari papan. Dari sanalah kita bisa berswafoto.

Uniknya pemilik rumah pohon itu adalah warga setempat. Yang berarti bisa menjadi mata pencaharian tambahan bagi warga. Sekali pengunjung naik ke rumah pohon dikutip kisaran antara Rp2 ribu sampai Rp5 ribu per orang. Pendapatan warga belum termasuk hasil berjualan makanan ringan dan kopi.

Untuk mencapai lokasi itu, laju kendaraan pengunjung yang dari Kota Mataram paling tidak membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan melintasi jalan tanjakan nan ekstrem yang memanjang. Demikian pula pulangnya jika mengarah ke Senggigi, maka terus mengikuti punggungan dari puncak bukit itu dengan di kiri kanan jurang yang menganga dalam.

"Saya membuka rumah pohon yang dinamakan Bukit Bintang ini sejak 2019, ini" kata Bustomi Khaerul, warga setempat yang membuka usaha warung makanan dan minuman ringan serta sewa rumah pohon.

Semula, kata dia, dirinya tidak menyangka sambutan masyarakat di Kota Mataram dan sekitarnya akan keberadaan tempat usahanya begitu besar. Terlebih lagi pada saat matahari terbenam.

Pengunjung yang didominasi anak muda itu, baik menggunakan roda dua maupun roda empat akan datang pada sore hari bersama rekan-rekannya, kemudian mereka berswafoto dengan latar belakang sesuai keinginannya.

"Tapi tidak sedikit juga yang berburu matahari terbit. Mereka sudah datang sejak dini hari untuk bersiap-siap memfoto," kata dia, menjelaskan.

Kendati demikian, tidak sedikit juga mereka yang datang ke lokasi usahanya itu, hanya sekadar ingin "ngopi-ngopi" sembari menikmati suasana di atas ketinggian Bukit Batu Layar yang jika dilihat di sepanjang jalan raya Senggigi terlihat menjulang.

"Yang jelas banyaknya pengunjung ke kampung ini, telah menambah mata pencaharian dari warga," kata Bustomi.

Sementara itu, Imay, pengunjung dari Kota Mataram, menyebutkan dirinya sengaja datang ke Bukit Bintang itu untuk menikmati suasana sore hari dari atas bukit sembari berswafoto.

"Ini kami sudah bawa tongsis (tongkat narsis)," katanya sembari tersenyum sembari diiyakan oleh rekannya.

Ia mengakui suasana Bukit Bintang itu memang keren karena dirinya bisa mengambil latar belakang yang berbeda-beda, apakah berlatar belakang perbukitan dengan hijaunya hutan tropis atau petak-petak rumah di Kota Mataram dari kejauhan.

Apalagi, kata dia, perjalanan sepulang dari Bukit Bintang juga banyak titik lokasi untuk pengunjung bisa berswafoto. "Kan kita berada di atas bukit. Hingga di kiri kanan terpampang pemandangan yang keren untuk difoto," kata dia.

Saat ini, Bukit Bintang bisa menjadi ikon baru bagi wilayah Senggigi sekaligus sebagai tempat eksistensi warga setempat dimana mereka harus menjadi pemilik tanah, alias bukannya sebagai "tamu" di atas tanah sendiri. (*)

Penerjemah: Riza Fahriza
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019