Jakarta (ANTARA) - Bencana tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 sampai kini menyisakan duka mendalam, tidak saja dengan jatuhnya korban hingga ratusan orang meninggal dan hilang tapi juga terpuruknya sektor pariwisata di Banten.

Sejumlah objek wisata yang selama ini menjadi andalan Provinsi Banten untuk dikunjungi wisatawan, seperti Pantai Anyer dan Pantai Tanjung Lesung
luluh lantak dan hancur akibat diterjang tsunami.

Bukan saja sarana dan prasarana pariwisata seperti hotel, bungalow, maupun resort yang hancur total akibat diterjang tsunami, wisatawan pun masih diliputi kecemasan untuk berkunjung ke objek wisata di situ.

Tak mau berdiam diri dan berlarut dalam kedukaan, maka pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan mencoba untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata di Banten agar kembali dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara.

Apalagi Kementerian Pariwisata telah mengembangkan 10 destinasi "Bali Baru”"untuk mendongkrak pemerataan pariwisata Indonesia yang salah satunya adalah Tanjung Lesung, Banten, ikut hancur diterjang tsunami akhir tahun 2018

Adapun 10 destinasi "Bali Baru" yang dikembangkan pemerintah adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai di Maluku Utara. 

Untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata di wilayah Selat Sunda dan sekitarnya pascatsunami beberapa waktu lalu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah mengagendakan akan menggelar 49 kegiatan di Banten dalam enam bulan ke depan.

Semua kegiatan yang akan dilaksanakan ini terkait dengan tiga strategi pemulihan sektor pariwisata Selat Sunda yang meliputi pemulihan sumber daya manusia (SDM), pemulihan pemasaran, dan pemulihan destinasi terdampak.

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat berkunjung ke Banten, Senin (1/4) mengatakan untuk pemulihan pariwisata pascatsunami Selat Sunda pihaknya menargetkan enam bulan. Dalam jangka pendek diharapkan hingga 22 Juni 2019 dengan 49 kegiatan pemulihan harus sudah selesai dilakukan di Banten.

Adapun 49 kegiatan yang direncanakan tersebut terdiri dari pemulihan destinasi terdampak sebanyak 16 kegiatan, pemulihan pemasaran dan promosi sebanyak 19 kegiatan, serta SDM dan kelembagaan sebanyak 14 kegiatan.

Dari 49 kegiatan, sampai dengan 30 Maret 2019, telah dilaksanakan 16 kegiatan (32,65 persen).

"Untuk dukungan kegiatan pemulihan, silakan Dinas Pariwisata daerah segera mengkoordinasikan dengan Kementerian Pariwisata," kata Menpar.

Pemulihan dampak pascatsunami Selat Sunda menjadi prioritas tersendiri bagi Kemenpar. Selain membentuk tim Selat Sunda Aman, Kemenpar juga menggelontorkan anggaran sekitar Rp15 miliar untuk program pemulihan sektor pariwisata di Banten dan Lampung.

Menpar bahkan memantau langsung perkembangan daerah yang terdampak bencana pasca-tsunami Selat Sunda tiap bulan, semenjak kejadiannya pada 22 Desember 2018.

Berdasarkan rapat koordinasi antara Tim Selat Sunda Aman dengan BMKG, PVMBG, dan BNPB pada 14 Maret 2019 untuk memastikan perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau dan upaya mitigasi bencana Selat Sunda diperoleh sejumlah informasi dan perkembangan positif.

Adapun informasi yang didapat di antaranya, Badan Geologi menyatakan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah mengalami penurunan dan tidak ada fenomena pembengkakan atau fenomena tumbuhnya Gunung Anak Krakatau.

Semua peralatan untuk mendeteksi aktivitas Gunung Anak Krakatau telah diaktivasi. Masyarakat hanya diminta menjauh dari radius 5 km dari Gunung Anak Krakatau. BMKG juga telah memasang berbagai peralatan mitigasi bencana, seperti water level dan early warning system.

Lebih lanjut, sejak 25 Maret 2019 pukul 12.00 WIB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menurunkan status Gunung Anak Krakatau dari level III (siaga) ke Level II (waspada).

Radius aman pun berubah menjadi 2 kilometer dari sebelumnya 5 kilometer dari kawah, sehingga diharapkan ada rasa aman dari wisatawan yang ingin berkunjung ke sejumlah objek wisata di Banten

Adakan kegiatan

Sebelum krisis moneter dan tsunami Selat Sunda terjadi, Anyer merupakan salah satu destinasi pariwisata yang populer, karena letaknya yang tidak jauh dari Jakarta.

Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah, mengatakan untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata, Kabupaten Serang menginisiasi program "Anyer Reborn".

Dari data kunjungan wisatawan Kabupaten Serang di 2018 diketahui wisatawan nusantara mencapai 8,3 juta dan wisatawan mancanegara mencapai 1.470 orang.

Tapi pada 2019 hingga bulan ini masih rendah capaiannya. Tingkat okupansi hotel pasca-tsunami sendiri hanya 10-30 persen. Anyer semenjak krisis moneter dan tsunami, tidak "booming" seperti dulu.

Maka dari itu, melalui "Anyer Reborn" sejumlah kegiatan dan atraksi sepanjang 2019, kembali meramaikan Anyer yang tujuannya untuk menghidupkan lagi kunjungan wisatawan yang terpuruk pascatsunami.

Adapun sejumlah kegiatan yang diselenggarakan untuk memeriahkan Kabupaten Serang diantaranya Lomba Burung Berkicau (Maret 2019), AKCF Fun Bike (Maret 2019), Festival Silat Kaserangan (Juni 2019), Expo Anyer Krakatau Culture Festival (Juni 2019), Lomba Batik Serang (Juni 2019), Beach Clean Up (Juli 2019).

Juga Lomba Foto (Juli 2019), Color Run Fun (Agustus 2019), Ngagurah Dano (Agustus 2019), Lomba Kuliner (Agustus 2019), Night Dance Competition (Agustus 2019), Lomba Mancing Selat Sunda (September 2019), Anyer Adventure Destination (September 2019), Anyer Krakatau Bike Festival (September 2019), AKCF Surfing Competition (Oktober 2019), dan Festival Bedolan Pamarayan (Oktober 2019).

Berbagai upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Pemprov Banten tersebut tentunya diharapkan bisa memulihkan lagi pariwisata di provinsi itu yang sempat ramai dikunjungi wisata untuk menikmati keindahan pantai.

Baca juga: Menpar tetapkan tiga strategi pemulihan pariwisata Banten

Baca juga: Sejumlah aksi disiapkan percepat pemulihan pariwisata Selat Sunda



 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019