Denpasar (ANTARA News) - Sabtu (16/2) saat ibadah subuh, musholla Al-Hidayah Gatsu (Gatot Subroto), Kota Denpasar terlihat lebih semarak.

Tidak seperti biasanya, jamaah Shalat Subuh di musholla kecil di dekat Lapangan Lumintang itu mencapai puluhan orang, sekitar 30-40 orang.

Suasana semarak itu terlihat dari semangat jamaah melakukan sholat subuh yang tidak lagi datang dari kawasan Gatsu VI-F, tapi juga Gatsu VI-L, atau bahkan jamaah juga datang dari Gatsu IV dan Gatsu V yang menuju musholla dengan mengendarai sepeda motor.

Selepas shalat, anggota jamaah subuh itu tidak langsung pulang, namun duduk berjajar di teras musholla, lalu anggota jamaah lainnya membagikan nasi bungkus dan air mineral, ada pula sebagian anggota jamaah lain tampak menyeduh kopi untuk dibagi-bagikan kepada anggota jamaah lain.

Jamaah menunggu proses pembagian tuntas, lalu pembina yayasan dari musholla itu memimpin doa bersama untuk mendoakan kesehatan jamaah masjid dan keluarganya, baik yang sempat datang maupun yang sakit dan terbaring di rumah.

Setelah itu, jamaah pun menyantap hidangan nasi bungkus dan segelas kopi seduh. "Nasi-nya enak, sambalnya pedas dan mantap," ujar anggota jamaah musholla itu, Sanusi.

"Benar, enak, tapi sambalnya terlalu pedas," timpal anggota jamaah lain, Andik, yang baru dua kali mengikuti kegiatan yang disebut dengan `Sabtu Ceria` Musholla Al-Hidayah Gatsu-Denpasar itu.

Di sela-sela menyantap hidangan itu, jamaah yang hadir bercerita tentang keseharian yang dialami anggota jamaah yang hadir. Tidak jarang, sebagian jamaah menanyakan kabar atau kondisi jamaah yang tidak hadir kepada teman sesama anggota jamaah.

Selain nasi dan kopi, ada juga kue yang tersedia. Bahkan, Sabtu (16/2) atau pelaksanaan yang keempat kalinya itu ada anggota jamaah yang menyumbangkan dua kardus Al Qur`an.

Karena itu, menjelang acara makan bersama itu dimulai, Sekretaris Yayasan Al-Hidayah Gatsu, Purwadi, menyerahkan sumbangan dua kardus Al-Qur`an itu kepada pembina yayasan, H Daldiri.

Kegiatan makan bersama setelah Shalat Subuh berjamaah di musholla itu memang tergolong baru, yakni dilaksanakan pada setiap hari Sabtu dan kegiatan "Sabtu Ceria" yang pertama kalinya dilaksanakan pada 26 Januari 2019.

Masyarakat sekitar cukup antusias mengikuti kegiatan itu. Sabtu berikutnya justru semakin bertambah jumlahnya, sehingga musholla yang setiap sore digunakan untuk Taman Pendidikan Qur`an (TPQ) atau tempat mengaji untuk anak-anak itu pun semakin semarak.



Ajakan berjamaah

Awalnya, "Sabtu Ceria" itu hanyalah ngopi bersama dengan 4-5 orang anggota jamaah setelah Shalat Subuh di warung kopi tidak jauh dari musholla.

"Lama kelamaan, jamaah yang ikut ngopi semakin banyak, sehingga muncul gagasan untuk merencanakan kegiatan yang lebih positif," kata penggagas `Sabtu Ceria` H Mansur.

Setelah itu, ia pun mengajak anggota jamaah musholla yang lain yakni Umar, Udin, Susilo, dan H Hasan untuk merencanakan kegiatan yang akhirnya dinamakan "Sabtu Ceria" itu.

"Teman-teman mengusulkan untuk memindahkan lokasi ngopi bersama dari warung kopi ke teras musholla, lalu saya pun meminta izin kepada Pak Pur (Purwadi) selaku sekretaris Yayasan Al-Hidayah Gatsu, yang diteruskan kepada pengurus yayasan yang lain," katanya.

Akhirnya, pengurus setuju hingga terlaksanalah kegiatan "Sabtu Ceria" pada setiap Hari Sabtu setelah Shalat Subuh.

Ia mengaku teman-temannya sempat menanyakan kesinambungan itu terkait biaya, namun hal itu pun disetujui yayasan untuk menawarkan kepada anggota jamaah yang hadir untuk memberikan sumbangan sukarela guna pelaksanaan acara itu.

"Biayanya sebenarnya tidak banyak, karena kami hanya membutuhkan biaya untuk nasi bungkus, sedangkan kopi dan camilan lain selalu ada yang menyumbang. Untuk nasi bungkus juga hanya Rp5.000 per bungkus, jadi kalau 30 orang membutuhkan kurang dari Rp200.000," katanya.

Gayung bersambut, anggota jamaah pun berebut untuk menyumbang biaya melalui dirinya, ada yang menyanggupi untuk menyumbang Rp50.000 pada setiap hari Sabtu, namun tidak sedikit pula yang menyumbang lebih dari itu, meski secara bergantian, termasuk teman-teman penggagas.

Namun, kegiatan itu tidak hanya sukses dalam pelaksanaan, namun tujuan kegiatan itu pun tercapai yakni ajakan kepada masyarakat sekitar musholla untuk melaksanakan shalat berjamaah, khususnya Shalat Subuh, yang mana ada "bonus" makan bersama untuk setiap hari Sabtu.

"Alhamdulillah, masyarakat sekitar musholla yang melaksanakan shalat berjamaah, khususnya Shalat Subuh, semakin bertambah setiap hari. Kalau sebelumnya hanya 3-4 orang atau bahkan pernah tidak ada kegiatan shalat berjamaah, tapi sekarang sudah mencapai 30-40 orang," katanya.

Ya, Sabtu Ceria merupakan cara musholla kecil di Kota Denpasar itu untuk mengajak masyarakat melaksanakan shalat berjamaah di tengah-tengah mayoritas masyarakat Bali yang beragama Hindu.*


Baca juga: Pemkot Bogor imbau warganya shalat subuh berjamaah

Baca juga: Polisi Lhokseumawe diinstruksikan shalat subuh berjamaah bersama warga


 

Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019