Kudus (ANTARA News) - Tanaman padi seluas 800 hektare di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tergenang banjir menyusul curah hujan tinggi, sehingga petani setempat terancam gagal panen pada musim tanam pertama.

 "Luas lahan tanaman padi yang tergenang banjir tersebut, merupakan hasil pendataan 29 Januari 2019," kata Pelaksana tugas Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Arin Nikmah di Kudus, Jumat.

 Ratusan hektare tanaman padi yang tergenang banjir tersebut, katanya, tersebar di lima kecamatan, yakni Mejobo, Jati, Kaliwungu, Jekulo, dan Undaan.

 Untuk Kecamatan Mejobo terdapat 222 hektare lahan tanaman padi yang tersebar di  desa, yakni Temulus, Kirig, Payaman, Kesambi dan Jojo.

 Sementara di Kecamatan Jati terdapat 206 hektare lahan tanaman padi yang tergenang, tersebar di Desa Jati Wetan, Jati Kulon, Loram Wetan, Loram Kulon, Jetis Kapusan, Pasuruhan Kidul, dan Tanjung Karang.

 Di Kecamatan Kaliwungu yang tersebar di lima desa terdapat 156 hektare lahan yang tergenang banjir, kemudian Kecamatan Jekulo yang tersebar di empat desa terdapat 168 hektare sawah yang tergenang dan Kecamatan Undaan terdapat 48 hektare yang tersebar di tiga desa.

Menurut dia, jika genangan tidak segera surut, maka tanaman padi petani terancam puso karena tanaman tersebut hanya bisa bertahan dalam jangka sepekan.

 Dari ratusan hektare tanaman padi yang tergenang, potensi mengalami puso sekitar 532 hektare yang tersebar di lima kecamatan tersebut.

 Potensi puso terluas terdapat di Kecamatan Jati dengan luas 183 hektare, disusul Kecamatan Mejobo seluas 153 hektare, Kecamatan Jekulo seluas 88 hektare, Kecamatan Kaliwungu seluas 67 hektare, dan Kecamatan Undaan seluas 41 hektare.

 Ia mengatakan usia tanaman padi yang terendam tersebut, bervariasi antara 15 hari hingga 90 hari.

 Sementara ketinggian genangan banjir, katanya, juga bervariasi karena ada yang sampai 150 sentimeter.

Supaan, seorang petani asal Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan mengakui, tanaman padinya di lahan seluas 5.000 meter persegi terendam banjir dan banyak yang roboh akibat tertiup angin kencang.

 "Beruntung, genangan banjir tidak tinggi sehingga bisa ditunggu hingga mencapai usia panen," ujarnya.

 Karena terlalu banyak air, dia memastikan, harga jualnya akan turun karena kualitas gabahnya menurun karena kandungan airnya terlalu tinggi.

Baca juga: Puluhan hektare lahan padi di Madiun-Jatim diserang hama tikus
Baca juga: Gagal tanam mengancam sawah tadah hujan di NTT

 

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019