Jakarta,  (ANTARA News) - PT Kereta Api Indonesia (KAl) perlu menyiapkan Standard Operation Procedure (SOP)  secara khusus untuk menerapkan penggunaan bahan bakar campur biodiesel (B20). 

"Nantinya akan disiapkan SOP khusus yang diterbitkan oleh Ditjen kami," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida 
Mulyana di Jakarta,  Kamis. 

Penerbitan panduan khusus SOP bagi kereta api tersebut dikarenakan perlu penyesuaian awal transisi perpindahan B0 ke B20. 

Selain itu juga dianjurkan menggunakan nosel carbon steel karena mempunyai ketangguhan menahan perambatan retakan untuk daya tahan jangka panjang. 

Hasil uji jalan dan kajian campuran biodiesel pada bahan bakar (B20) di kereta api membuktikan mampu berjalan maksimum secara normal. 

"Hasilnya ok banget,  tidak ada masalah dalam pemakaian B20, " kata Rida. 

Dalam penjelasannya,  Rida menjelaskan dengan adanya uji hasil tersebut keekonomian dalam transportasi utama kereta api dapat tercapai,  sebab B20 mampu menghemat bahan bakar dengan campuran minyak sawit. 

Wakil Ketua Uji Kereta Api (Rail Test) B20 Prasetyo Budi Cahyono mengatakan waktu uji pada kereta api berlangsung selama enam bulan,  dengan waktu tempuh sejauh 60.000 km. 

Uji coba dilakukan dari Stasiun Tanjung Enim,  Stasiun Tiga Gajah, sampai Stasiun Tarahan. Jenis kereta api adalah lokomotif CC205 dan dua unit CC206 yang biasa digunakan untuk menarik rangkaian muatan batu bara. 

Selain itu didapat hasil emisi gas buang mampu menekan lebih rendah sebanyak 10 sampai 20 persen dibanding dengan B0 atau tanpa campuran minyak sawit.  

Baca juga: Kereta api mampu berjalan maksimum dengan B20
Baca juga: UD Trucks mulai riset bahan bakar B30
Baca juga: PLN pastikan tidak semua pembangkit gunakan B20

 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018