Misalnya, seharusnya disimpan di suhu empat derajat, tapi disimpan di suhu ruang. Jadi, kalau obat diberikan ke pasien, bakterinya tidak mati hanya lemas-lemas dikit, lama-lama bisa jadi kebal.
Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat diimbau untuk menggunakan obat antibiotik yang diberikan dokter sesuai anjuran untuk mencegah terjadinya bakteri yang resisten atau menjadi kebal terhadap obat.

Dokter Erni Juwita Nelwan Ph.D, Sp.PD-KPTI seorang konsultan penyakit tropik infeksi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengatakan di Depok, Kamis, penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai anjuran bisa menyebabkan bakteri resisten.

"Kalau diberikan obat antibiotik oleh dokter harus diminum sampai habis, jangan ketika merasa sudah baikan lalu berhenti minumnya," kata Erni.

Selain itu, Erni juga menjelaskan bahwa antibiotik merupakan obat keras yang tidak boleh dijual bebas, melainkan harus menggunakan resep dokter.

Masyarakat juga diimbau agar tidak mengulangi pembelian obat yang pernah diresepkan secara mandiri ke apotek ketika muncul gejala yang sama di kemudian hari.

"Mengulang resep antibiotika tidak boleh," kata Erni.

Dokter spesialis mikrobiologi klinik yang juga merupakan sekretaris Komite Pengendaloan Resistensi Antimkiroba (KPRA) dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K) menjelaskan terjadinya resistensi obat pada bakteri disebabkan berbagai faktor.

"Utamanya dari bakteri itu sendiri. Bakteri merupakan makhluk kecil yang mudah menyesuaikan diri, mudah mengubah sifat yang mungkin bisa jadi kebal. Ada mekanisme ilmiah yang terjadi," kata Anis.

Dia menjelaskan kebalnya bakteri terhadap obat dikarenakan ada pemicunya seperti penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai aturan, atau kualitas dari obat itu sendiri.

"Misalnya, seharusnya disimpan di suhu empat derajat, tapi disimpan di suhu ruang. Jadi, kalau obat diberikan ke pasien, bakterinya tidak mati hanya lemas-lemas dikit, lama-lama bisa jadi kebal," terang Anis.

Resistensi antibiotik disebabkan karena bakteri tidak lagi dapat dimatikan dengan antibiotik sehingga mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi. Akibatnya dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.

Jika jumlah bakteri resisten antibiotik semakin banyak, ragam prosedur medis seperti transplantasi organ, kemoterapi, pengobatan diabetes, dan operasi besar menjadi sangat berisiko.

Efek dari kondisi ini, pasien harus menanggung perawatan yang Iebih lama dan mahal.

Berdasarkan penelitian, resistensi antibiotik saat ini bertanggung jawab atas 700 ribu kematian di seluruh dunia.*


Baca juga: "Hand sanitizer" lebih baik dari cuci tangan?

Baca juga: Kapan sakit perlu antibiotik?



 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018