negara-negara miskin dan berkembang yang paling parah terkena dampak perubahan iklim
San Francisco  (ANTARA News) - Pebisnis, pejabat pemerintahan hingga pakar lingkungan menyuarakan dan mendorong bisnis energi hijau mulai dilakukan untuk menekan emisi dan peningkatan suhu bumi di bawah dua derajat Celsius di 2030 dalam Global Climate Action Summit (GCAS) 2018.

Direktur Eksekutif Oxfam Internasional Winnie Byanyima dalam satu sesi di GCAS 2018 di San Francisco, Kamis, mengatakan jika berbicara keadilan iklim harus menyertakan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, di negara-negara miskin dan berkembang yang paling parah terkena dampak perubahan iklim.

Byanyima menegaskan sudah saatnya seluruh pemangku kepentingan yang berada di negara-negara kaya dan atau maju mengikuti jejak kepemimpinan China, India dan Afrika Selatan yang beralih menggunakan energi bersih dan meninggalkan batu bara.

Keadilan iklim, menurut dia, juga harus memperhitungkan orang-orang seperti ayahnya yang merupakan petani di Uganda, yang jika dihitung butuh ribuan tahun untuk mengeluarkan emisi yang sama besarnya dengan negara-negara maju.

Ia mengatakan mengeluarkan satu dolar AS untuk membakar batu bara sama saja mengeluarkan 10 dolar AS biaya kerusakan lingkungan. Karenanya, dirinya mendesak penggunaan model bisnis baru yang memperhitungkan perubahan iklim, yang peduli dengan perempuan dan anak-anak yang akan lebih besar menderita akibat perubahan iklim.

Gubernur Negara Bagian New Jersey Philip Murphy pada sesi yang sama mengatakan tren penggunaan energi dalam 100 tahun ke depan sudah jelas harus berubah, dan itu dimulai dari sekarang.

Dalam realita, keputusan politik tentu akan selalu lebih berat ke arah mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, Murphy meyakinkan bahwa bisnis energi bersih akan mampu membuka lapangan kerja baru dan menghadirkan keuntungan besar.

Dan pada saat bersamaan, ia mengatakan masyarakat akan bisa menghirup udara bersih dan menciptakan kualitas hidup baru dengan menutup bisnis batu bara dan bahan bakar fosil selamanya.

Sebelumnya dalam pertemuan "Cities4Climate: The Future Is Us" di Balai Kota San Francisco, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore mengatakan investasi di bisnis energi bersih sudah seharusnya dilakukan tanpa ada kekhawatiran. Lapangan kerja akan terbuka lebar bagi teknisi dan industri yang memproduksi panel surya.

Berbagai komitmen penggunaan energi bersih dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) juga disuarakan oleh Menteri Lingkungan Belanda Stientje van Veldhoven, Presiden Ningxia Baofeng Energy Group Dang Yangbao, hingga Perwakilan Khusus Urusan Perubahan Iklim Republik Rakyat Cina Xie Zhenhua dalam GCAS 2018 yang digelar di San Francisco pada 13-14 September 2018.

Baca juga: Laporan dari San Francisco - Sembilan donor bantu masyarakat adat pulihkan hutan
Baca juga: Laporan dari San Fransisco - GCF pertegas Deklarasi Rio Branco jaga hutan
 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018