Kalau ada kesengajaan, unsur penipuan, bisa masuk pidana itu."
Jakarta (ANTARA News) - Ombudsman RI mendukung penanganan kasus import bawang bombai mini, yang kemudian dijual di pasaran selayaknya bawang merah, karena kuat dugaan terdapat upaya tindak pidana penipuan yang bisa merugikan konsumen.

Anggota Komisioner Ombudsman Dadan Suparjo Suharmawijaya dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, menegaskan pentingnya pelibatan Satuan Tugas (Satgas) Pangan, termasuk kepolisian, karena kecil kemungkinan hal ini terjadi karena adanya kesalahan administrasi.

Menurut dia, importir nakal telah memanfaatkan momentum perayaan hari raya, karena permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan seperti bawang merah meningkat dalam periode ini.

"Kalau ada kesengajaan, unsur penipuan, bisa masuk pidana itu. Berarti kan mengakal-akali. Tinggal dilakukan pemeriksaan saja," katanya.

Ia menilai, tidak hanya konsumen yang berpotensi dirugikan karena membeli barang yang belum tentu sesuai dengan yang diharapkan, namun juga lembaga pengawas karena adanya pelaksanaan perizinan yang tidak sesuai ketentuan.

"Silakan kepolisian masuk untuk melakukan pemeriksaan, untuk melakukan penyidikan, apakah betul ada unsur penipuan," kata Dadan.

Sebelumnya, tim penyidik Kementerian Perdagangan telah menyita 670 ton bawang bombai impor milik CV SMM, LH, dan AL yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. 

Kuat dugaan bawang bombai tersebut akan dijual sebagai bawang merah, karena mempunyai bentuk yang lebih besar dari ukuran rata-rata yang diperkenankan.

Saat ini Kementerian Perdagangan sedang menginvestigasi kemungkinan potensi pelanggaran maupun pidana dari kasus ini, karena importir tersebut mempunyai surat izin impor.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Bidang Pemberdayaan Fortani, Pieter Tangka menambahkan bawang bombai mini sangat mungkin dijual sebagai bawang merah mengingat bentuknya yang sama persis. 

Selain itu, Kementerian Pertanian sudah tidak mengeluarkan Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) bawang merah karena produksi nasional yang sudah mencukupi.

Melihat kondisi seperti itu, banyak importir nakal yang berupaya mencari kesempatan dengan mendatangkan bawang bombai mini dan kemudian dijual sebagai bawang merah.

Menurut dia, kejadian ini terus berlangsung karena "HS code" bawang bombai yang besar maupun yang kecil tidak dibedakan. 

"Jadi, kirim bombai apa saja, tetap dianggap bombai, padahal barangnya mini bombai, karena 'HS code'-nya sama. Di situlah titik rawannya," katanya menambahkan.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018